Rabu, 27 Juli 2016

[ROUND 1 - 7G] 11 - KURO GODWILL | APOCALYPSE―REVOLUTION?


oleh : Chou-3

--
ApocalypseRevolution?


めくるページは次の章
(meguru pe-ji wa tsugi no shou)
イメージはいつも優勝
(ime-ji wa itsumo yuushou)
勝てないことはない
(katenai koto wa nai)
今日こそ起こそう僕らの革命
(kyou koso okosou bokura no kakumei)
衝撃的な作戦が永遠に
(shougeki teki na sakusen ga eien ni)
昇り続けるステージ
(nobori tsuzukeru sute-ji)



Dibalik halaman terdapat bab selanjutnya
Gambaran sebuah kemenangan
Tak ada yang tak dapat dimenangkan
Mari wujudkan revolusi hari ini
Di sebuah pentas yang terus berlangsung
dengan strategi yang sensaional dalam keabadian
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Sebuah bait yang tertulis pada dinding udara arktik tak kasat mata di sebuah negeri. Cuaca begitu cerah namun terasa dingin. Para pemimpi itu, masih berpijak di tempatnya, seolah dipaksa untuk membaca bait itu sebelum akhirnya diijinkan menjejakkan langkah lebih dalam, menjelajahi negeri awan-kristal nan surgawi itu.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day -—: Family

Melindungi atau dilindungi, memangsa atau dimangsa, menyerang atau bertahan. Sebuah rantai kehidupan yang tak terelakkan.

Langit jingga, atmosfir menurunkan suhunya, angin bergerak lebih cepat, ia kemabali dari negeri antah berantah,  masih berdiri mematung, lagi-lagi ada saja hal yang menggangu pikirannya, hingga lamunannya dibuyarkan oleh

“Bim biiim biimm!!!! Tembakan laser.”

“Oh tidak, Mouton perisai wol! Lindungi pangeran!”

“Mbeee

“Tertangkap kau, Jendral Zweite! Lawanmu di sini, jangan perhatikan yang lain.”

“Cih, aku lupa kalau kalian bisa kage bunshin.”

“Yuuha! Bantu aku! Laserku tidak bisa menembus perisai wol awan Ton-ton itu.”

“Itu perkara mudah kalau kita bisa menaklukkan Jendral Zweite, Yuuga.”

“MiiiiMiiii,” domba mungil itu masih berlari-lari mengitari kaki Kuro sambil mengembik.

“Jurus tertawa 1000 tahun!!” ucap Yuuha sambil menggelitiki tubuh Zweite.

“Hahahaha. Sudah-sudah! Aku menyerah.”

“Yey!! Kita menang.”

Di tengah gelak tawa itu, Kuro masih diam membisu di tempatnya. Kesal melihat ekspresi Kuro, Zweite mendekatinya dan melakukan harai goshi wazateknik pangkal paha sapuan, yaitu teknik bantingan  berdiri dalam Judo.

“Sakit tau,” seketika Kuro benar-benar tersadar dari lamunannya.

“Siapa suruh nglamun hah?!” masih menindih Kuro, “Dengar! Apapun yang terjadi, kau harus tetap melangkah ke depan. Daripada mikirin hal nggak guna lebih baik mikirin cara memperbaiki yang sudah di depan mata.”

Kuro kembali termenung mendengar kata-kata Zweite.

“Sudah kubilang jangan nglamun!” Zweite menindih tubuh Kuro dengan lebih keras.

“Sakit! Sakit! Sakit! Menyingkir dari tubuhku!”

“Kaaakaak! Ayo pulang!, Yuuha lapar.”

“Pulang?” Kuro masih kebingungan.

“Tentu saja, ke keluarga baru kita,” Zweite tersenyum, “anggap mereka seperti adik kandungmu, kau akan menemukan kehangatan bersama mereka.”

Bersamaan dengan mulai terbenamnya matahari di ufuk barat, Zweite pun kembali berubah menjadi candrasa tak berbahana.

Mulai hari itu Kuro tinggal bersama keluarga si kembar yang pernah membantunya mengingat sesuatu. Benar kata Zweite, di rumah sederhana itu tinggal keluarga kecil nan hangat yang membuat hati Kuro menjadi tenang. Melupakan sejenak hal-hal tak menyenangkan yang berkecamuk dalam pikiran.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 1- 2: the Sheep and Young Challenger

Hari itu, setelah melihat bingkai mimpinya sendiri yang ditunjukkan oleh sang Kurator alam mimpi, dan melihat berbagai hal yang mengejutkan sekaligus membuat pemuda berdarah campuran itu terlihat tertekan.

Meskipun hal tersebut bukanlah pemandangan aneh dari semestanya sendiri, namun melihat patung otak raksasa entah kenapa membuatnya khawatir dan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya.

Kuro duduk termenung di tepi sungai sambil memperhatikan aliran air dan ikan-ikan yang berenang. Meskipun demikian, sebenarnya ia hanya memandang kosong. Berbagai macam hal berkecamuk di kepalanya.

Syamsu bergulir, candra pun bangkit, hingga syamsu menyingsing kembali. Ia hanya termenung di sana. Suara domba mengembik, berlari-lari nakal di sekitarnya, air mengalir bagaikan angin lalu tak bernada. Hingga tirta menegurnya.

“Mbee mbeee,” seekor domba mungil melompat dari gundukan di sebelah Kuro ke dalam sungai dangkal itu dan....

BYUUR

Tubuh Kuro pun basah karenanya, yang memaksanya tersadar dari lamunan. Melihat domba mengembik dan tertawa sinis seoalah mengejeknya.

“WAAAA. Apa yang kau lakukan, domba kecil!”

“Mbeee mbeee (siapa suruh nyuekin aku).”

Saat Kuro beniat untuk menangkap domba kecil itu, dengan sigap si domba menghindar dan berlari. Mereka pun kejar-kejaran di sepanjang sungai. Melihat sikap si domba, mengingatkan Kuro pada seseorang yang saat ini ia pun tak tau siapa itu, hanya samar-samar terlintas dalam benaknya.

Tiba-tiba seekor burung pemangsa raksasa menyerupai garuda menyambar si domba dan membawanya terbang. Kuro langsung mengambil pedangnya dan melempar ke arah burung itu. Dengan tepat pedang itu langsung mengenai jantung burung dan burung pun terjatuh melepaskan si domba dari cengkeramannya.

Kuro pun terjatuh ke danau saat berusaha menangkap si domba, sementara burung tersebut tergeletak di pinggir danau. Saat keluar dari danau, Kuro melihat benda menyerupai tabung berukir seperti lambang kerajaan berwarna emas yang dikalungkan pada leher burung berukuran kurang lebih 2 meter itu, dan mengambilnya sambil membopong domba yang menggigil kedinginan.

Kuro melepas baju basahnya dan mereka berteduh di bawah pohon bendo besar.
“Mulai sekarang jangan jauh-jauh dariku! Karena kita tidak tahu bahaya apa yang akan datang, kau mengerti domba kecil?”

“Mbee”

“Hmmm.....mari pikirkan nama untukmu agar mudah untuk memanggilmu, namamu sekarang MoutoN, ‘Mouto’ dari ‘真人’ yang artinya nama tertinggi dari delapan nama royalty dan ‘N’ dari ‘Nell’ yang artinya cahaya atau juara.”

“Mbee (nama yang bagus).”

“Meskipun dalam bahasa Perancis Mouton artinya domba. Hahaha. Tapi aku ingin kau tumbuh menjadi domba yang selalu dibutuhkan orang lain tidak seperti aku yang tidak dibutuhkan siapapun ini. Menjadi domba nomor satu.”

“Mbee.” Mouton menjilat muka Kuro.

“Hahaha. Hei hentikan!”

“Mbeek.”

“Kau tahu? Terkadang aku berpikir kenapa aku dilahirkan. Jika pada akhirnya dunia tidak membutuhkanku dan membuangku ke alam ini,”

“Mbee.”

“Ah sudahlah dari tadi kau cuma mengembik saja.” Kuro mulai merasa sia-sia berbicara dengan seekor domba yang hanya bisa mengembik.

“Mbee,” Mouton mengambil benda yang tadi dipungut Kuro dan menyodorkan ke depan Kuro. Kuro sendiri hampir lupa dengan benda itu.

Sebuah undangan dari sang Kurator alam mimpi.

Ia membuka tabung yang berisi selembar surat itu dan membaca dengan seksama isinya. Berisi tentang misi yang harus diselesaikan untuk terbebas dari dunia ini, yaitu menyelesaikan pertikaian yang terjadi di realm para malaikat. Hanya itu saja isinya, tidak ada penjelasan lebih jelas lagi mengenai keadaan yang terjadi.

Kuro mengerutkan dahinya, membolak-balik selembar kertas yang ia terima. Berharap ada petunjuk tersembunyi yang tertulis di balik surat atau amplopnya.

Namun hasilnya nihil.

“Lalu bagaimana aku menuju tempat itu?”

“Mbee.”

“Kalau kau tau, katakan sesuatu!” Kuro masih saja mengajak bicara domba yang jelas-jelas cuma bisa mengembik itu.

Mouton pun menarik kertas yang di pegang Kuro dan menjatuhkannya ke bawah baju basah yang sedang di jemur. Tetesan air mengenai kertas itu.

“Hei! Apa yang kau lakukan? Suratnya bisa...” sesuatu muncul dari bagian yang terkena tetesan air, “domba cerdas. Jadi kau bisa mengantarku ke tempat itu?” reaksinya setelah melihat isinya.

“Mbeee.”

“Bagus! Kalau begitu ayo kita bersiap”
 ⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 2: Half

Bumi? Tempat yang tak bisa dibilang bumi. Terlalu megah untuk sebuah bangunan, terlalu lembut untuk sebidang tanah, terlalu keras untuk sebatang pohon. Itulah yang disebut dengan realm malaikat.

Di kota berkilau megah itu berjalan seorang yang bisa dibilang tak seperti manusia normal biasanya. Bukan malaikat, bukan perempuan, bukan pula laki-laki. Sosok dalam ambiguitas.

“Hei Jess, menurutmu lirik lagu yang kita baca tadi lebih enak dinyanyikan dengan nada apa?” Hutcher membuka pembicaraan.

“Lu tanya gue, gue nanya siapa? Gue nggak peduli, yang penting sekarang gue pengen bikin perhiasan dari kristal-kristal murni ini. Urusan nyanyi itu gampang, kita kan udah pro.”

“Hush! Gimana kalau ternyata ini adalah kristal tanah...”

“Bertuah? Bagus dong. Jadi kita bisa menjadikannya sebagai jimat sekaligus.”

“Kita sedang dihukum di sini. Lebih baik jangan macam-macam. Yang harus kita lakukan adalah mengunpulkan informasi lalu segera menyelesaikan misi.”

“Ayolah Hutcher, sedikit bersenang-senang nggak masalah kan?. Selagi masih bisa. Jarang-jarang bisa rekreasi ke tempat seperti ini. Iya kan, mbek?”

“Mbek.”

“Tuh! Domba aja setuju.”

“Ini bukan wisata anak SD, Jess!.”

Percakapan yang terdengar seperti percakapan dua orang tersebut namun sebenarnya hanya ada satu tubuh di sana. Percakapan masih terus berlangsung, menyusuri tembok raksasa mencari pintu masuk sebenarnya.

Sampai akhirnya mereka mendengar suara-suara ramai semakin dekat.

“Jangan biarkan mereka masuk”

“Lindungi Divine....”

“Saatnya revolusi ditegakkan! Terus maju!”

Sepertinya sebuah peperangan sedang terjadi. Jesshutcherson mengawasi dari kejauhan.

Tadinya mereka hanya ingin menunggu sampai suasana mereda, karena belum mengetahui kondisi yang sebenarnya. Namun, mereka melihat seorang gadis yang berusaha melindungi domba terjebak di tengah-tengah peperangan itu.

Gadis itu memeluk erat dombanya dalam kondisi terluka dan tak mampu melakukan perlawanan berarti. Melihat gadis yang juga membawa domba itu, membuat Jesshutcherson beranggapan bahwa gadis itu adalah reverier, sama seperti dirinya. Dan membuatnya ingin menolong sang gadis.

Serangan api di lontarkan mengarah ke gadis itu. Jess yang melihat langsung panik. Tanpa pikir panjang Jesshutcherson langsung berlari mendekati gadis itu dan...

“Hutcher? Apa kita sekarang benar-benar mati.”

“Kalau memang begitu lalu mengapa kita masih bisa melihat makhluk-mkhluk melayang itu beradu satu sama lain?”

Sebuah perisai es terbentuk melindungi mereka dari serangan-serangan yang mengarah ke mereka.

“Wow?! Bagaimana es ini bisa ada di sini?”
“Entahlah. Aku juga tidak tahu. Itu urusan nanti. Yang penting kita harus segera pergi dari sini.” Jantung Jesshutcherson yang berdegup kencang digantikan dengan rasa penasaran. “Hei nak, apa kau tak apa-apa.” Tanya Hutcher.

“Terimakasih,”

“Ayo kita ka

Belum selesai Hutcher berbicara sebuah Rocket Lighting (kilat horisontal dengan kecepatan visual tinggi dan voltage yang sangat besar) menghantam mereka. Perisai es seketika hancur, pohon-pohon di sekitar hangus.

Mati.

Hanya satu kemungkinan yang ada jika terkena sambaran itu. Namun, takdir berkata lain. Begitu mereka membuka mata, malaikat berjubah hitam dengan sayap hitam legam dan membawa sabit kematian melindungi mereka dari serangan mematikan itu.

Banyak malaikat yang terbunuh dan terluka dalam pertempuran itu. Mereka yang mati berubah menjadi partikel-partikel cahaya. Mereka yang terluka berusaha bangkit membela pihak yang mereka bela.

Sulit menentukan siapa pemenangnya dalam pertarungan sesama malaikat yang di pimpin oleh malaikat-malaikat utama yang kekuatannya nyaris seimbang.

Pihak angel proletar pun menarik pasukannya, karena malaikat Enzeru mulai ikut andil dalam pertempuran. Sementara pasukan mereka cukup banyak yang terluka.

Untuk sementara kondisi berangsur-angsur mulai tenang kembali. Malaikat Enzeru menggiring orang-orang yang diselamatkannya menuju ke markasnya.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡



Markas archangel.
Masih di negeri yang sama dari tempat berbeda. Di sebuah bangungan megah terbuat dari kristal. Dinding-dinding transparan mengitari ruangan itu. Sebuah tempat yang dikelilingi hutan lebat.

“Lil’ sheep, kita dimana?” Zia mengamati sekitarnya.
“Mbeeek.” Suara mengembik itu membuat ketenangan tempat itu sedikit terusik.

Barisan malaikat peneliti yang serius dengan percobaannya serentak menoleh ke arah datangnya suara itu.

“Oh. Hai,” sapa Zia dengan akrabnya. Mata Zia berkaca-kaca melihat buku-buku berjajar, cairan-cairan yang sepertinya cairan kimia di ruang tersebut. Rasa ingin tahunya meluap-luap bak gunung vulkanik yang siap ber-erupsi. Sampai akhirnya ada salah satu dari malaikat itu yang berteriak,

“PENYUSUP.”

“Penyusup? Dimana? Dimana?” Zia ikut panik dan masih saja tidak sadar bahwa yang dimaksud adalah dirinya.

Malaikat Zapkiel (malaikat penguasa ilmu pengetahun)pemimpin dari malaikat-malaika itu, langsung menggunakan kemampuannya dalam mengendalikan tumbuhan untuk mengikat Zia. Sementara yang lainnya membuat barrier berbentuk sangkar untuk mengamankan dombanya.

“GYAAAA. Apa ini? Kenapa tanaman bisa bergerak-gerak dan kenapa aku diikat?”

“Mbeeek.”

“Sepertinya bukan penyusup yang berbahaya.” Ucap salah seorang malaikat.

“Tapi tetap saja kita harus melaporkan ke malaikat Enzeru.” Sahut malaikat Zapkiel, “Biar aku saja yang membawanya ke tempat malaikat Enzeru.”

Malaikat Zapkiel pun menggiring Zia menuju ruang utama tempat malaikat Enzeru berada.

“Maafkan Zeze  lil’ sheep. Ini semua salah Zeze,”

“Mbeek.”

“Kalau saja Zeze bisa berbuat sesuatu.” Zia menyalahkan dirinya sendiri.

Dalam perjalanan menuju ruangan malaikat Enzeru, tak disangka mereka bertemu di koridor.

“Waa! Gadis berjas lab, ternyata ada di sini juga?” teriak Jess begitu melihat gadis di depannya. Gadis? Ya, seperti itulah yang terlihat di mata Jess. Ia ingat betul bahwa ia pernah melihatnya di museum semesta.

“Jaga mulutmu! Kita sedang bertamu di tempat orang. Maafkan atas kelancang tadi tuan Malaikat,” ucap Hutcher.

“Kalian kenal gadis itu?”

“Ya dia reverier sama seperti kami.” Jawab Hutcher.

Mereka pun dibawa masuk ke ruangan malaikat Enzeru dengan beberapa malaikat penjaga. Mereka duduk di sebuah bangku panjang dengan pusatnya adalah malaikat Enzeru. Ikatan Zia pun dilepaskan.

“Jadi,  bisa kalian jelaskan apa itu reverier dan kenapa kalian bisa ada di sini?

“Bisa dibilang kami terjebak di alam mimpi.” Hutcher yang merupakan tertua diantara para reverier pun angkat bicara.

“Alam mimpi?”

“Ya, di alam tersebut sedang dilaksanakan sebuah turnamen dan untuk bertahan hidup kami harus menyelesaikan sebuah misi. Karena itulah kami berada di sini. Kami ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di realm ini.” Jelas Hutcher dengan nada tenang, berusaha agar tidak menyinggung sang Malaikat.

“Permasalahan di sini bukanlah permasalahan yang bisa diselesaikan dengan campur tangan orang-orang seperti kalian.”

Namun sepertinya niatan untuk membantu dari Hutcher di tolak oleh sang Malaikat. Sang Malaikat mengamati dengan serius satu per satu raga yang ada di sana meskipun tak terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.

“Karena itu, kami mohon penjelasan mengenai kondisi yang sedang terjadi di sini. Mungkin ada suatu hal yang bisa kami bantu.”

“Permasalahan di realm ini mungkin hanya bisa diselesaikan jika komunikasi dengan Tuhan bisa disambungkan kembali”

“Komunikasi dengan Tuhan?”

“Ya. Semenjak terputusnya komunikasi dengan Tuhan. Kekacauan di realm ini semakin menjadi. Hanya satu perintah terakhir sebelum komunikasi dengan Tuhan terputus. Yaitu, kami harus melindungi Divine Vault of Deeds karena di dalamnya juga terdapat tugas-tugas para malaikat. Tentunya jika Divine Vault of Deeds sampai lenyap kekacauan yang terjadi akan lebih parah dari ini.”

“Apakah itu sepenting itu?”

“Tentu saja, tanpanya kami para malaikat akan hidup tanpa arah dan kehidupan akan tercerai berai tanpa adanya aturan yang jelas. Tugas-tugas akan saling tumpang tindih dan ketimpangan meraja rela. Tak hanya itu, di dalamnya juga tertulis catatan makhluk hidup yang nantinya akan sangat berguna saat ‘penimbangan’.”

“Kami akan membantu tuan Malaikat mempertahankan Divine Vault of Deeds.”

“Hmmm....dari tadi hanya kau saja yang berbicara.” Seraya memperhatikan dua orang lainnya yang dari awal hanya terdiam.

“Zeze juga setuju sama mbak...eh om....” Zeze mulai kebingungan melihat ke arah Jesshutcherson, “jadi Zeze harus sebut apa?”

“Benar juga. Kalian memiliki dua suara tapi hanya satu tubuh....”

“Ah ceritanya panjang. Jadi langsung saja. Perkenalkan nama saya Hutcher dan bagian tubuh sebelah kanan saya Jess. Kami memang terjebak dalam kondisi ini.”

“Saya Na.” Ucap Na dengan agak malu-malu.

“Namaku Enzeru Schwarz, kalian bisa memanggilku Enzeru.”

Setelah selesai berdiskusi mereka diantar ke sebuah ruangan untuk beristirahat. Sebuah ruangan yang cukup luas. Terdapat tiga tempat tidur yang sudah disiapkan dan juga meja untuk bersantai. Gorden berwarna biru muda melambai-lambai tertiup angin, di luar terlihat pemandangan yang asri dan menyejukkan.

Malaikat Enzeru juga mengutus malaikat penyembuh untuk mengobati luka mereka. menyediakan makanan untuk memulihkan tenaga kembali. Mereka benar-benar di perlakukan dengan baik.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 3: the Son of the God and the Angel

Jauh dari tempat Divine Vault of Deeds tersimpan, terbentang dataran luas nan agung.

Seorang pemuda dan dombanya tiba di sebuah dataran yang sangat lembut, selembut kapas. Tanah yang terbentuk dari gumpalan awan, gerbang megah bermandikan cahaya terpampang di depan matanya.

Sebuah ingatan, menyeruak....

Ada sesuatu yang hilang
Apa itu?
Ntah kenapa rasanya ada hal penting yang aku lupakan.

Aku tak bisa mengingatnya...

Sakit kepala yang luar biasa mulai menyerang. Pemuda itu merunduk mengernyitkan alisnya, memegang kepalanya dengan kedua tangannya seraya menahan rasa sakit. Segel di tangan kirinya mulai bersinar menembus perban yang  membalutnya.

Rambut hitam? Percaya diri tinggi? Tatapan tajam?
Siapa itu?

Sepertinya cahaya dari segel yang semakin kuat itu beresonansi terhadap gerbang raksasa yang ada di depannya. Partikel-partikel udara menyerap cahaya-cahaya itu dan menghamburkannya ke udaraResonance Light Scattering. Cahaya kemerahan pun memancar ke seluruh penjuru.

Sementara Mouton hanya bisa mengembik dan memandang dengan rasa khawatir. Ntah apa yang sedang terjadi dengan tuannya itu.

Dan sinyal itu pun sampai ke kedua belah kubu yang sedang berseteru di negeri ini.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


After Resonance
Sementara itu, di markas para archangel, para malaikat merasakan keberadaan yang ganjil. Berbeda dengan keberadaan lainnya yang juga sudah memasuki alam mereka, kali ini keberadaan itu sulit didefinisikan.

Malaikat Enzeru merasakan sumber cahaya yang sempat terlihat seperti aurora itu berasal dari sekitar gerbang penghubung malaikat dengan Tuhan. Malaikat bersayap hitam, bak malaikat maut itu pun bergegas mengumpulkan pasukannya dan menuju ke lokasi.

Kepanikan, hiruk-pikuk terjadi di markas para archangel itu. Terheran-heran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini sebuah tanda bahwa gerbang komunikasi dengan Tuhan akan terbuka kembali? Ataukah pertanda dari sebuah kehancuran?.

Pasukan gugus depan yang lokasi dekat dengan tempat kejadian, tiba lebih dulu dan langsung mengepung pemuda yang tertunduk di depan pintu gerbang beserta domba mungilnya.

Domba yang menenaminya telah diamankan.
Pemimpin pasukan tersebut berusaha mendekatinya, karena pemuda itu hanya terdiam di sana.

“Hei! Siapa kau?” tanyanya namun tak ada jawaban.

“Kenapa kau ada di sini?” malaikat itu terus mendekatinya dengan kewaspadaannya.

Ia menyentuh pundak pemuda itu. Dan begitu si pemuda menoleh kearahnya, sang malaikat sontak terkejut melihat mata berwarna merah semerah darah bersinar bak mata iblis.

Tanpa pikir panjang, sang Malaikat langsung menyerang pemuda itu. Ia juga mengisyaratkan apa yang ia lihat untuk segera dilaporkan ke malaikat Enzeru.

Pemuda yang setengah sadar itu pun menanggapi serangan malaikat, ia menghunuskan kedua pedangnya. Terjadi baku hantam antara para malaikat penjaga melawan seorang pemuda.

Si Pemuda terus menyerang tanpa sadar. Sementara dalam alam bawah sadarnya, ia masih bergelut dengan ingatannya sendiri.

INGATLAH AKU SEGERA
Siapa?
ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU

Kata-kata yang sedikit sarkastik namun pribadi yang seperti ia kenal dengan jelas.

Ia dihadapkan dengan sesosok bayangan yang samar-samar. Namun suaranya terdengar begitu jelas. Suara yang sama persis dengannya. Bayangan itu semakin mendekatinya.

Kali ini, benar-benar dekat hingga tak ada jarak bahkan sesenti pun di antara mereka. Bayangan itu membisikkan kata-kata ke telinga si Pemuda.

JIKA KAU BERANI MELUPAKANKU, TAK AKAN KUMAAFKAN!

BANGUNLAH!!

Bersamaan dengan kata terakhir itu si Pemuda tersadar, dan mendapati dirinya berada di tengah pertarungan. Sebut saja pemuda itu, Kuro.

Ia masih tidak paham dengan apa yang terjadi. Bahkan ia belum mendapatkan informasi apa-apa tentang negeri yang ia kunjungi itu dan permasalahan seperti apa yang sedang terjadi. Namun, ia terpaksa harus mengangkat senjatanya untuk bertahan.

Bersamaan dengan bangkitnya kesadarannya sang Pemimpin archangelmalaikat Enzeru pun tiba di tempat.

Kali ini Kuro dihadapkan dengan malaikat Enzeru. Dalam kesadaran penuh, matanya pun sudah kembali normal.

Enzeru mengayunkan sabit kematiannya dan cahaya hitam setajam pedang mengarah ke Kuro. Kuro langsung menghindarinya dan berusaha memperjelas kesalah pahaman ini.

“Tunggu dulu, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Kau pasti mata-mata Barakiel.”

“Barakiel? Siapa itu? Saya tidak tahu.”

Malaikat Enzeru mendekat dan mengayunkan sabit kematiannya yang siap menebas Kuro. Kuro menahan dengan pedangnya. Serangan semakin intensif. Gerakan mereka terlalu cepat hingga tak bisa diikuti mata normal. Suara besi yang saling bergesekan membentuk melodi berima.

Namun seberapa keras Kuro berusaha, malaikat bukanlah tandingannya. Apalagi dengan kondisinya saat ini. Kuro bahkan tak punya perisai untuk melindungi dirinya. Di tengah-tengah pertarungan itu ia terus berusaha menjelaskan bahwa ini hanyalah kesalah pahaman. Namun, sulit sekali mendapat kepercayaan dari sang Malaikat.

Enzeru menggunakan black light (mendekati lawannya dengan kecepatan tinggi) dan menyerang Kuro dengan sabit beracunnya. Tebasan itu mengenai punggung Kuro yang tak bisa menghindari serangan super cepat itu.

Konyol. Jadi hanya sampai sini saja....
BERI AKU KEBEBASAN
Bebas?
PANGGIL NAMAKU
Nama.....Arrgghhh....aku tak bisa mengingatnya

Dalam keputus asaan dalam benak Kuro hanya terlintas prasangka bahwa dia tahu jika dia akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Bisa kau beritahu namamu?

Sosok yang berdiri di depannya itu menggerakkan mulutnya membentuk rangkaian fonem yang menghasilkan sebuah kata berucap,

“Z....Zweite?” kesadarannya mulai melemah dengan racun yang mulai bekerja.

Contract: re-signed.

Malaikat Enzeru siap menebas Kuro yang mulai terjatuh tanpa ragu-ragu karena laporan terakhir yang ia terima adalah Kuro iblis yang harus segera dibunuh.

Tak di sangka tebasannya dihentikan oleh seseorang dengan wajah yang sangat mirip namun dengan penampilan yang sedikit berbedaZweite. Lagi-lagi dia muncul di detik yang sangat tepat. Dengan kesigapannya menahan serangan menggunakan pedang Kuro.

“Siapa Kau?”

“Hei-hei tenang dulu kami bukan musuhmu.”

“Bagaimana mungkin aku percaya dengan orang asing sepertimu?”

“Tenang aku punya bukti,” Zweite menghela nafas, “buka saja perban di tangan kirinya! Kau akan tau.” Tegasnya sambil memperhatikan wajah sang Malaikat yang sepertinya masih meragukannya, “Kau pikir aku masih bohong? Ok biar aku saja yang buka. Ok, om malaikat sabar bentar ya!” Zweite pun membuka perban Kuro yang sudah tak sadarkan diri.

“Ini...,” sang Malaikat terkejut melihat tanda yang ada pada tangan kiri pemuda itu.

“Lihat kan? Kami bisa membantu kalian terhubung kembali dengan Tuhan. Jadi gosip murahan tak jelas level ibu-ibu arisan ini bisa cepat selesai.”

“Bagaimana mungkin? Dia yang tak diketahui keberadaannya beberapa puluh tahun yang lalu...”

“Ceritanya panjang. Aku males jelasin drama. Jadi, om malaikat mau kerjasama?” tawarnya dengan penuh percaya diri.  

Zweite terus memimpin pembicaraan seolah ia tahu segala yang terjadi. Ya, dengan sekali memperhatikan kondisi yang terjadi ia bisa menghipotesakan apa yang terjadi. Gerbang cahaya, archangel, malaikat, premis-premis yang saling terhubung. Apa yang dilihat Kuro adalah apa yang ia lihat, segala pengetahuan yang diterima Kuro juga akan diteruskan ke Zweite.

Sang malaikat pun setuju dengan tawaran Zweite demi menyelesaiakan permasalahan yang berkepanjangan ini.

Mereka pun membawa Kuro ke markas utama untuk menyembuhkan racun dan luka akibat pertarungan tadi. Lukanya cukup parah, tak hanya bekas tebasan sabit beracun malaikat Enzeru, namun luka bekas perlawanan terhadap malaikat penjaga sebelum Enzeru tiba pun masih berbekas.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡

Day 3: Zephyr

Berseberangan dari tempat Divine Vault of Deeds tersimpan,

Setelah bayang-bayang seperti hologram itu menghilang, Zephyr pun bisa melihat dengan jelas. Ia mendapati dirinya berada dalam jeruji. ntah itu di markas para angel proletar atau archangel, ia belum bisa memastikannya kali ini.

“Domba sialan. Kenapa kau menurunkanku di tempat seperti ini?”

“Mbeek”

“Hei apa kau bisa memindahkanku dari sini? Misalnya menembus dinding atau jeruji ini?”

Zephyr menoleh ke arah dombanya berdiri. Ia menatap tajam domba yang berdiri di sampingnya, terdiam sejenak, sampai akhirnya ia mengeluarkan pistolnya.

Zephyr menembakkan pistolnya ke arah pintu jeruji. Bunyi tembakan menggema di ruangan itu. Disertai dentingan peluru yang terjatuh ke lantai tertarik gravitasi. Namun, semua itu hanya sia-sia saja, jangankan terbuka, tergores pun tidak.

“Ayolah! Jadi aku datang ke sini hanya untuk mati kelaparan karena terjebak di tempat seperti ini?” Zephyr menggerutu, “Huh.”

“Mbeekk”

“Domba berisik! Mati sana.” Zephyr yang mulai kesal menembakkan pistolnya ke arah dombanya.

Lagi-lagi hal tak lazim yang ia dapatkan. Bukannya cipratan darah yang ia peroleh begitu menembakkan pelurunya, melainkan peluru-peluru itu menembus si domba seperti menembus bubungan asap. Domba itu pun berubah menjadi gumpalan-gumbalan seperti awan tak berbentuk berhamburan di udara.

“Oh, bagus! Sekarang domba sialan itu pun juga meninggalkanku.”

Zephyr tak habis pikir dengan apa yang terjadi dengannya. Seolah ia dipermainkan dengan hal yang disebut misi ini. Bukan hanya ia tak bisa bergerak namun di tempat itu juga tak ada siapapun. Tempat yang sangat sunyi sampai suara nyamuk pun tak terdengar.

Zephyr terus berpikir bagaimana cara keluar dari tempat itu dan sesegera mungkin menyelesaikan misinya. Ia tak mau dipermainkan terlalu lama, apalagi dengan menyelesaikan misinya itu ia tak mendapat uang sepeser pun.

Zephyr terus memutar otaknya. Mungkinkah ini karmanya sebagai assasin? hal semacam itu pun sempat terlintas dibenaknya, karena itu ia tiba di penjara jahannam ini. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk membuka pintu jeruji namun tak satupun berhasil.

Ia menatap ke arah tembok yang terbuat dari kristal meratapi nasibnya. “Ho, jadi ini yang namanya tembok ratapan?” gumamnya. Seketika ia mendapatkan sebuah ide.

Zephyr memasang kuda-kuda, dengan tenaga penuh ia meluncurkan tinju ke arah tembok.

“Oh, Shit!!!” umpatnya kesakitan, ”Tembok macam apa ini? Retak pun tidak.” Keluhnya.

“Mbeek”

“Bagus! Sekarang aku mulai menghayal ada suara domba saking stressnya.”

“Mbeek”

Zephyr mendengar suara embikan itu berkali-kali dan suarasnya begitu nyata hingga ia merasa risih.

“Berisik! Aku lagi mikir domba sialan!” teriaknya sembari berbalik badan dan mendapati dombanya berdiri di luar penjara. Sontak saja ia terkejut dan senang. Akhirnya jalan keluar pun terbuka.

Zephyr mengeluarkan catatan dan sebuah pena dari saku jasnya. Ia merobek satu halaman kertas dari catatannya itu dan mencoba menuliskan sesuatu. Tentunya sebuah pesan yang meyakinkan sang empunya tempat ini bahwa ia akan bekerja sama dengannya.

Untuk menghindari anggapan dirinya sebagai penyusup. Karena ia tak ingin direpotkan tetek bengek yang bakal merugikan dirinya sendiri. Selesai menulis ia memberikan kertas itu ke dombanya dan menyuruhnya mencari pemimpin tempat itu.

Sang domba pun pergi meninggalkan tuannya untuk melaksanakan perintahnya. Menyusuri tempat asing itu sendirian.
 ⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 4: Pria bertudung misterius dan sang Malaikat

Kegemparan akibat hamburan cahaya yang terjadi hari sebelumnya masih menyelimuti markas angel proletar. Para petinggi aktivis dan pemimpin angel proletar langsung mengadakan rapat dadakan.

Beberapa kali rapat diadakan. Kalau-kalau cahaya tersebut adalah upaya para archangel untuk menghancurkan para angel proletar.

Perdebatan terjadi dalam rapat dadakan itu yang menghasilkan, sesegera mungkin melakukan perlawanan terhadap para archangel dan menghancurkan bangunan penyimpan Divine Vault of Deeds.

Kekacauan tidak berhenti di situ saja, sepertinya di markas angel proletar juga dimasuki oleh seorang penyusup yang cukup membuat para malaikat kerepotan.

Pria bertudung itu berhasil menembus pertahanan markas Barakiel. Anehnya meskipun bukan makaikat dan dengan tangan kosong ia berhasil melewati malaikat penjaga, menimbulkan kekacauan di tempat itu.

“Berhenti penyusup!!”

“Aku hanya ingin bertemu pemimpin kalian,”

Pertarungan antara malaikat dan pria bertudung itu pun tak bisa dihindari. Sampai kabar tersebut tersampaikan ke para petinggi aktivis dan pemimpin angel proletar yang sedang rapat.

Lalu, sesosok malaikat bersayap keemasan yang memancarkan aura berbeda dengan malaikat-malaikat penjaga itu pun datang.

Sebuah kilat diluncurkan ke arah pria bertudung. Namun berhasil dihindarinya.

“Beraninya kau membuat kekacauan di teritorial ku.”

“Yo Bang Malaikat! Ups, maksudku Tuan Malaikat,”

“Apa kau tidak diajairi menjaga mulutmu itu?” seraya meluncur kilatnya kembali ke arah pria bertudung itu. Kali ini serangannya lebih agresif dari sebelumnya. Tapi lagi-lagi, dengan kelihaiannya serangan demi serangan berhasil dihindari dengan mudah.

 “Hahaha. Santai dikit dong, Bang, eh, Tuan....ah sudahlah apapun itu.”

Sepertinya sang Malaikat tidak suka berbasa-basi dengan penyusup yang tak tau sopan santun dan membuat kekacuan di wilayahnya. Ia langsung menggunakan yellow light (kemampuan gerak cepat sejauh 100 meter selam 0.30 detik) dan bersiap mengeluarkan thundering smash-nya.

Melihat langsung di depan matanya, membuat pria bertudung itu seolah terseret dalam masa lalunya. Sebuah pemandangan tak asing baginya. Dan dalam hitungan nol detik sambaran petir menggelegar ke udara, kilatan-kilatannya menyebar ke seluruh area itu. Malaikat-malaikat yang ada di sana pun langsung memasang barrier agar tidak terkena dampak dari serangan itu.

Begitu dahsyatnya hingga pohon-pohon dan bangunan yang terbuat dari kristal pun hancur seketika tak berbekas.

Para malaikat masih tertegun memperhatikan. Mereka berpikir, nasib malang bagi pria bertudung itu menghadapi kemurkaan sang Pemimpin.

 Anehnya, cahaya kilatan petir yang harusnya berwarna kekuningan itu, bercampur dengan cahaya kebiruan yang di tengahnya terdapat sebuah pohon kaliandra terbuat dari tanahtepatnya dataran awan negeri ini.

Energi petir terserap ke dalamnya, sontak mereka yang menyaksikan langsung terkejut. Pria bertudung itu masih berdiri di tempatnya.

“KHU KHU KHU. HAHAHA. Sudah kubilang santai aja,” pria bertudung itu tau betul kali ini ia hanya sedang beruntung saja. Ia tau kalau ia bisa saja langsung mati terkena serangan tadi.

Tapi, tanpa menunjukkan rasa paniknya ia masih saja berceloteh ria, “terima kasih sudah mengingatkanku Bang MaTuan Malaikat. Aku ke sini bukan untuk mencari masalah. Hanya ingin membantumu menghancurkan Divine Vault of Deeds.

“Bagaimana kau bisa...”

“Ayolah, hidup ini indah tanpa peraturan. Tentu saja ini juga perintah dari Tuhan. Demi kebaikan bersama.”

“Jangan mengada-ada. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan Tuhan saat ini.”

“Karena aku spesial.” Tanggapnya dengan senyum menyeringai. “Aku tahu namamu. Namamu Ber...Berkerikil”

“Barakiel”

“Ah! Iya, itu.” Sahutnya sambil menjentikkan jarinya. “Salam kenal. Panggil saja aku Ze.”

“Aku belum bilang kalau aku percaya padamu”

“Tuhan mengirimku ke sini. Aku juga tidak setuju dengan tindakan malaikat Jelly itu. Terlebih lagi ada berita sangat penting yang ingin kusampaikan.”

“......Enzeru?. Kau ini menarik ya,” malaikat Barakiel mulai tertarik dengan pembicaraan Ze, “baiklah mari kita lanjutkan pembicaraan di tempat yang lebih layak.”

“Tunggu, malaikat Barakiel! Bukankah kita tidak perlu sampai harus melakukan itu? Sudah jelas dia ini penyusup.” sanggah malaikat Asbeel yang menjadi wakil sekaligus tangan kanan malaikat Barakiel.

“Ini perintah!” tegas malaikat Barakiel.

Malaikat-malaikat lain pun segera memperbaiki kerusakan yang terjadi dan malaikat penyembuh menyembuh malaikat yang terluka meskipun tak banyak malaikat yang terluka.

Segera setelah itu rapat kembali dibuka dengan mengikut sertakan Ze sebagai salah satu anggota rapat.

“Jadi berita penting apa yang kau maksud tadi, Ze?” malaikat Barakiel membuka pembicaraan.”

“Para archangel bertemu dengam Ben’El (son of God) dan berencana membuka kembali gerbang komunikasi dengan Tuhan.”

“Apa dasarnya kami harus percaya dengan kata-kata seorang penyusup?” sanggah seorang malaikat bernama Abaddon.

“Bukankah bagus jika komunikasi dengan Tuhan terhubung kembali? Jadi permasalahan ini pun akan segera selesai.”

“Tidak malaikat Barakiel. Mungkin saja Tuhan akan murka karena kita tidak segera melaksanakan perintah-Nya dan berbalik menghukum kita semua.” Asbeel kembali angkat bicara.

“Kalian lupa? Berita ini belum tentu benar.”

“Hei hei. Jangan meremehkanku. Kalian pikir aku tidak melakukan penyelidikan apapun sebelum ke sini? Kalian pastinya juga ingat dengan cahaya yang muncul kemarin bukan?”

Semua terperanjat mendengar kata-kata itu. Sebuah pancaran cahaya yang sempat membuat mereka merasa tidak tenang. Diskusi semakin mendalam dan perdebatan pro-kontra pun terjadi selama diskusi berlangsung. Ze hanya melontarkan kata sesekali jika diperlukan. Ia mengamati setiap malaikat dan aktivis yang ada dalam rapat itu satu demi satu, memperhatikan gerak-gerik mereka secara mendetail.

“Kita harus segera melakukan penyerangan dan mengahncurkan Divine Vault of Deeds sebelum para archangel itu menjalankan rencananya.”   

 Rapat itu pun berakhir dengan keputusan segera diluncurkannya serangan ke markas archangel. Rapat ditutup dan semua kembali ke ruang masing-masing.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 4: Ben’El and the Divine Sword

Di saat bersamaan rapat juga diadakan di markas archangel mengenai Ben’El.

“Apa Anda yakin, dia benar-benar Ben’El?”

“Aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku. Ada tanda yang membuktikannya.”

“Hanya ada satu cara untuk membuktikannya. Yaitu menyuruhnya mencabut SayfEl Elyon.”

“Ide bagus. Malikat Gader Hael. Dengan begitu kita juga bisa membuka kembali gerbang komunikasi dengan Tuhan.”

SayfEl Elyon (the highest divine sword) adalah sebuah pedang yang diciptakan oleh Tuhan dari seluruh cahaya kehidupan para archangel dan inti kehidupan setiap semesta. Pedang yang diciptakan sebagai pelindung Devine Vault of Deeds yang bisa digunakan untuk membunuh iblis, setan, bahkan bisa membunuh archangel itu sendiri.

Tidak ada yang bisa mencabut pedang tersebut dari tempatnya kecuali seorang Ben’El yang dipercaya sebagai putra Tuhan dan diberi hak untuk menggukannya.

Pedang ini juga menjadi kunci gerbang yang bisa membuka gerbang komunikasi dengan Tuhan selain kehendak Tuhan sendiri untuk membuka gerbang komunikasi tersebut.

“Tunggu dulu malaikat Enzeru. Jika dia hanya malaikat atau orang biasa maka di akan...” sanggah malaikat Mikael.

“Bukankah itu bagus? Dengan demikian kita akan tau dia penipu atau bukan. Sudah selayaknya jika penipu hancur tanpa berbekas.” Ucap malaikat Gader Hael yang masih bersikukuh dengan pendapatnya.

Pernah beberapa kali malaikat mencoba mencabut pedang tersebut, namun mereka semua gagal dan kembali ke wujud dasar mereka, yaitu cahaya. Tanpa seijin-Nya, berusaha mencabutnya berarti bunuh diri.

Sepertinya malaikat Gader Hael sengaja memberikan saran yang cukup membahayakan itu. Karena ia tidak terlalu suka dengan munculnya beberapa mkhluk tak diundang di realm mereka.

Mereka pun segera meyusun rencana kapan pencabutan pedang sakral itu akan dimulai.
ÊYÍ


Masih di satu tempat di ruangan yang berbeda.

“Ini anak kenapa style rambutnya aneh sih.” Gerutu Jess sambil memperhatikan Kuro yang sedang tak sadarkan diri.

“Tanyakan saja ke orangnya langsung kalau sudah bangun,” sahut Hutcher.

“Ngomong-ngomong dari kemarin ini anak cuma diem aja. Ngomong sesuatu dong!”

“Ngg...”

“Idih. Diajak ngobrol malah blushing gitu.”

“Jess, pelanin suaramu. Ini ada orang sakit,”

“Kuro...” Na mulai mengucapkan sepatah kata.

“Apa?”

“Namanya Kuro.”

“Hahaha. Burung gagak. Namanya aneh seperti penampilannya.”

“Sudah kubilang pelankan suaramu.”

“Bukan crow tapi K-U-R-O. Kuro Godwill,”

“Darimana kau tau? Stalker ya?”

“Bukan!” Na menyanggah tuduhan Jess, “tertulis di foto yang kutemukan di jaketnya.”

“Ckckck. Nggak baik ngambil barang orang tanpa seijin pemiliknya, Na. Itu namanya stalker.”

“Aku bukan stalker! Kemarin terjatuh waktu ngelepasin jaketnya.” Bela Na.

Jess terus saja menggoda Na yang pemalu, sampai Na tidak tahu harus menjawab apa. Peringatan-peringatan dari Hutcher pun tak diindahkan Jess. Melalui canda gurau itu mereka semakin akrab.

Sementara Zia disibukkan dengan kelas kecilnya bersama para domba di ruang penelitian malaikat Zapkiel. Melalui malaikat yang menguasai segala pengetahuan di seluruh semesta itu, Zia mempelajari berbagai hal. Dan dari situlah ia mulai mengingat inspirasinya yang sempat terlupakan.

Na yang tak berkutik dengan serangan-serangan Jess pun mengalihkan perhantiannya kembali ke Kuro. Ia menyentuh jidatnya dan menganti kompresnya.

Demamnya sudah turun,” batin Na.

Na, kau nggak benar-benar jatuh cinta sama bocah ini kan?

Apa sih Fa? Kenapa kau juga ikut-ikutan?.”

Dengar! Jatuh cinta pada pandangan pertama itu cuma delusi. Jadi, lupakan itu!

“Iya, iya. Aku tahu. Aku hanya...”

Percakapan antara Fa dan Na itu dipotong oleh Jess yang tidak tahan hanya diam dalam kesunyian. Ya, percakapan itu hanyalah percakapan dalam pikiran Na yang tak terdengar oleh Jesshutcherson.

“Oi Na, kamu apain tuh sampai nagis gitu?”, sambil melihat air mata yang menetes dari kedua mata Kuro.

“Nggak! Mungkin dia sedang bermimpi bu

“JANGAN PERGI!” Kuro terbangun dari tidurnya dan membentur jidat Na. Karena pergerakan yang tiba-tiba rasa sakit lukanya terasa menjalar dan ia pun terbatuk-batuk. Nafasnya tersenggal-senggal.

“Aduh.” Kepala Na terasa ngilu karena benturan cukup keras tadi.

Sementara Jess hanya bisa menahan rasa ingin ketawanya melihat kejadian itu membuatnya merasa sedang membaca novel-novel atau komik roman.

“Jangan terlalu banyak bergerak dulu. Lukamu baru sembuh,”

“Siapa kalian?” Kuro memasang mode waspada karena baru bertemu dengan mereka.

 “Sepertinya Anda sudah sadar, tuan muda Kuro.”

Belum sempat menjawab pertanyaan itu, serentak Jesshutcherson dan Na menoleh ke suara yang baru saja menyebutkan nama pemuda yang baru bangun dari tidurnya. Jess hanya berpikir jadi benar nama pemuda itu Kuro dan bagaimana mungkin malaikat itu bisa datang di saat yang tepat. Mungkin terdapat kamera pengawas di ruangan itu.

Yang ini stalker lebih profesional dari Na,” batin Jess sambil memperhatikan malaikat yang semakin mendekat itu.

“Tidak perlu memasang wajah curiga seperti itu. Dan lagi, saya bukan stalker nona Jess.”

Jess terkejut dengan ucapan malaikat itu. Ia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun tapi bagaimana bisa malaikat itu mengetahui apa yang ia pikirkan.

“Saya bisa membaca pikiran kalian dan bisa juga membuat kalian bisa saling berkomunikasi satu sama lain menggunakan telepati. Karena itulah mulai sekarang saya yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjaga kalian. Panggil saja saya Zigriel.”

 “Nama itu....” mendengar nama itu, Na sepertinya mengingat seuatu dari beberapa hal yang ia selidiki sebelum ia terperangkap dalam peperangan, “seperti nama salah satu archangel.”

“Benar nona Na, kami para archangel sebagai malaikat utama pemimpin para malaikat memiliki tugas masing-masing. Dalam kondisi saat ini kami tidak bisa gegabah. Malaikat Mikael bertugas menjaga pertahanan dan memimpin serangan. Malaikat Raisfael bertugas menjaga bangunan utama tempat Divine Vault of Deeds tersimpan. Sementara malaikat Enzeru adalah pemimpin kami.”
  
“Kenapa Anda menjelaskan semua ini pada kami yang orang asing?” Hutcher melontarkan pertanyaan begitu mendengar penjelasan sedetail iti.

“Saya tahu kalian tidak berniat buruk karena itulah kalian berhak tahu tentang semua ini. Baiklah, kalian bisa keluar sebentar.”

“Keluar?”

“Iya, nona Na, saya ingin memeriksa kondisi Tuan muda Kuro dan mengganti perbannya. Nanti akan saya panggil lagi jika sudah selesai.”

“Ayo Na, jangan diam saja. Tuh mukamu merah lagi.” Jess melirik ke arah Na yang dan menyeretnya keluar.

Mereka pun keluar dari ruangan itu meninggalkan malaikat Zigriel bersama Kuro.

Na dan Jesshutcherson menunggu di luar kamar sampai mereka diijinkan kembali memasuki kamar itu. Malaikat Zigriel melakukan tugasnya dan menjelaskan semuanya ke Kuro.

“Aku tidak mengerti, kalian berusaha membunuhku tapi sekarang kalian menyelamatkanku,”

“Itu hanyalah salah paham. Jika sejak awal kami tahu Anda adala Ben’El, kami tidak akan melakukan hal itu.”

“Ben’El?”

“Seseorang yang diakui sebagai putera Tuhan. Putera suci yang diberi kepercayaan oleh-Nya.” Zigriel menjelaskan dengan detail.

“Bagaimana bisa kalian menganggap saya sebagai Ben’El?”

“Pedang ini juga menjadi salah satu buktinya.” Jawabnya sambil melihat sebuah pedang yang terletak di meja sebelah tempat tidur, “Pedang yang hanya bisa dibuat oleh seorang Dewa saja. Dan segel di tangan kiri Anda, hanya keturunan langsung yang bisa menerimanya. Orang biasa akan mati jika segel tersebut coba ditanamkan. Saya tak menyangka setelah ia menghilang kini puteranya kembali.” Jelasnya panjang lebar.

“Tunggu! Saya tidak mengerti dengan apa yang Anda maksud. Saya hanyalah orang biasa yang dibesarkan di bumi. Setidaknya sebelum Key datang menjemput saya.” Kuro menundukkan kepalanya.

“Beberapa puluh tahun yang lalu terjadi sebuah bencana besar yang mengguncang seluruh semesta, dia ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan itu. Namun sejak saat itu pula dia menghilang tanpa jejak. Bahkan kami para malaikat juga tak tahu keberadaan pastinya.”

Kuro masih tak terlalu mengerti dengan penjelasan panjang malaikat Zigriel. Bencana? Orang tuanya? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya orang tuanya?. Pertanyaan yang selama ini belum bisa ia temukan jawabannya.

Malaikat Zigriel juga menjelaskan mengenai rencana yang akan dilakukan lusa, setelah Kuro benar-benar pulih. Pembicaraan itu sengaja diperdengarkan ke Na dan Jesshutcherson yang sedang menunggu di luar dengan menggunakan kemampuan telepati yang dimiliki malaikat Zigriel.

“Berapa lama kita harus menuggu? Aku bosan. Mereka lama sekali diskusinya.”

“Dengarkan baik-baik pembicaraan mereka Jess. Na saja mendengarkan dengan serius.”

“Ingin jalan-jalan. Ah tapi sebentar lagi jam makan siang. Jadi Na, apa rencanamu?”

“Rencana?”

“Huh sudahlah! Sepertinya pikiranmu sedang fokus ke calon suami saja. Ayo kita ke tempat Zeze saja.” Baru saja Jess selesai bicara, orang disebut datang dengan mendorong kereta makanan bersama para domba.

“Jus ujus Tututut. Bagus lil’sheeps. Kita sampai di tempat yang benar. Jasa pengantar makanan Zeze sudah tiba.”

Kalian boleh masuk sekarang.”

“Wah kau datang tepat waktu Ze. Ayo kita makan.”

“Eh? Tadi suara siapa?”

“Kuro kami kembali. Na suapin Kuro!”

“Eh? Saya bisa makan sendiri.”

“Orang sakit harus dilayani. Sekalian latihan jadi istri yang baik, iya kan Na?”

“Ngg....” Na tersipu malu.

“Istri?” Kuro tidak paham dengan arah pembicaraan yang mereka maksud.

“Sudah buru suapin sana. Oh iya ngomongnya nggak usah formal-formal, santai aja.”

“Betul! Zeze setuju. Kita keluarga.”

“Kumpulkan tenaga dan segera selesaikan urusan di negeri tak jelas ini. Kita kalahkan ramai-ramai malaikat pikachu itu. HAHAHAHA.Uhuk uhuk.”

“Makanya, sudah kubilang pelan-pelan. Aku tidak mau pita suaraku rusak gara-gara kau tidak bisa menjaga mulutmu.”

Mereka pun makan bersama di satu ruangan. Berbagi berbagai cerita menumbuhkan suasana hangat.

Zia menyusun makanannya ke bentuk-bentuk seperti piramid sebelum akhirnya ia makan. Mempermainkan makanan sepertinya menjadi kesengan tersendiri baginya. Terkadang ia menyodorkan makannanya ke arah bangku kosong seolah di sana ada seseorang dan menawarkan makanannya. Sementara Jesshutcherson melahap hidangannya dengan penuh manner.

“Kuro, Na! Kalo mau tambah di sini masih banyak.”

“Sudah biarkan dua kapal itu menikmati masa muda.”

Hanya butuh waktu singkat untuk saling mengakrabkan diri. Ditambah dengan pembawaan Kuro yang easy going dan mudah berbaur. Mereka pun seolah telah menjadi satu kesatuan yang solid.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 4: Ze-Zephyr
Angin mendengus meniup awan-awan yang menyembunyikan cahaya dalam kegelapan. Pantulan menerpa tembok-tembol kristal, membias ke segala arah menjadikan perhisanan malam berkilau megah.

Di sebuah lorong, ditemani cahaya yang sedikit redup, Ze menyusuri tiap tempat, mengamati tiap sudut yang ia lewati. Suana tenang dalam kelarutan malam. Hanya derap langkahnyalah yang terdengar.

Hingga akhirnya ia sampai di sebuah ujung yang memperdengarkan suara kehidupan. Pelan-pelan ia mendekati asal suara itu, berusaha agar tiap langkahnya tidak diketahui. Ia mendengarkan pembicaraan mereka dengan seksama.

“Aku tidak percaya malaikat Barakiel bisa percaya dengan orang asing sepertinya”

“Sepertinya kita harus bergerak cepat sebelum dia menggagalkan rencana kita.”

“Kurasa malaikat Gadreel juga harus tahu tentang ini.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan dengan penyusup itu? Aku tidak suka dengannya.”

“Hei-hei!”

Kedua malaikat yang sedang berbicara itu terkejut mendengar suara seseorang memasuki pembicaraan mereka.

“Kalau tidak suka. Tidak perlu ngomongin orang dibelakang kan. Ckckck. Sepertinya moral kalian sebagai malaikat perlu diperbaiki.”

“Dasar lancang!” malaikat Abaddon pun marah pembicaraannya dikuping dan menembakkan bola api ke arah Ze.

“Ckckck. Hati-hati kalau bermain api.” Ze menahan serangan dengan elemen apinya. “Bagaimana kalau aku menghindar dan terjadi kebakaran? Sayang buku-buku ini kalau hangus terbakar kan?” lanjutnya.

Malaikat Abaddon semakin murka dengan sikap Ze namun ditengahi oleh malaikat Asbeel.

“Sudah dulu, saya permisi.” Merasa puas dengan tindakannya Ze pun meninggalkan ruangan itu.

Ze kembali menyusuri lorong-lorong yang belum ia lewati, semakin dalam dan semakin dalam. Kali ini ia berjumpa dengan makhluk yang tak terduga dari arah yang berlawan.

Makhluk berwarna putih, bertekstur lembut seperti gumpalan awan berjalan itu terus mendekatinya. Lalu memberikan secarik kertas yang ia gigit. Ze mengambilnya dan membacanya dengan teliti.

“Hmm. Sepertinya akan semakin menarik.” Desisnya.

Ia pun meneruskan langkahnya bersama mkhluk berbulu itu. Menjejakkan langkah ke lubuk yang lebih dalam.
ÊYÍ


Dari tempat yang cukup terpisah jauh dari markas utama itu terdapat sebuah bangunan yang di desain seperti sebuah penjara. Tak ada tanda-tanda cahaya kehidupan di sana. Ruang yang sangat gelap, hanya biasan cahaya yang merayap masuk melalui sela-sela ventilasi udara.

Hanya terdengar bunyi dentikan yang teratur dari dalam bangunan itu. Zephyr mendetik-detikkan peluru bekas tembakannya dan berhitung sambil menunggu bosan dombanya untuk kembali.

“Hahaha. Benda seperti ini tidak akan mempan di sini.”

Zephyr dikejutkan suara dalam kesunyian itu. Saat ia membalikkan badan, ia melihat seorang pria bertudung berjongkok di depan pintu jeruji sambil memegangi peluru yang berserakan. Di kanan kirinya terdapat cahaya api kebiruan yang menerangi ruangan itu. Pantas saja mendadak ruangan jadi terang, jadi dari situlah asal cahaya itubegitulah pikir Zephyr.

“Jadi, kau pemilik domba ini?”

“Ya.”

“Hmm...Jadi apa yang kau bisa? Menembak?”

“Keahlianku memang menembak tapi aku ini juga asassin handal dari dunia ku.”

“Sepertinya aku punya sesuatu yang cocok untukmu, masih punya kertas?”

“Kertas? Untuk apa?”

“Kau pasti pernah mendengar peribahasa ‘bahkan angin dan tembokpun bisa mendengar’”

“Hah?”

“Sudah cepat berikan!” kata pria bertudung itu sambil mengacungkan tangannya.

Zephyr pun memberikan apa yang ia minta. Dan menunggunya selesai menulis.

“Yups. Jangan dibaca keras-keras dan jangan dipikirkan. Jangan bertanya. Lihat baik-baik dan ingat. Pikirkanlah bila waktunya tiba. Kau mengerti!”

Sungguh pria yang aneh. Bahkan Zephyr pun tidak mengerti pola pikir pria bertudung itu. Ia hanya bisa mengangguk tanda mengerti.

“Sudah selesai”

“Ya,” setelah mengucapkan sepatah kata itu kertas yang ada di tangannya langsung lenyap terbakar, bahkan Zephyr juga nyaris terkena apinya, “Urgh.”

“Maaf-maaf, ayo kita pergi dari sini dan lakukan sesuatu. Oh ya kau bisa memanggilku Ze. Kebetulan sekali kan nama kita sama-sama diawali dengan huruf Z.”

Mereka meninggalkan tempat itu dan menuju ke tempat malaikat Achren dan Gwydion, malaikat ahli sihir. Dengan bantuan mereka berdua senjata Zephyr dimodivikasi agar bisa lebih efektif digunakan di alam malaikat. Tak hanya itu pistol 50 AE desert eagle jackal nya bisa berubah menjadi senjata sebesar basoka meskipun bentuk awalnya ramping.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡


Day 6: The Laws God Laid Down are Absolute

Hari yang telah ditentukan pun tiba. Hari untuk mengakhiri misi di negeri antah berantah ini.

“Kamu yakin akan melakukannya?”

“Kalau dengan melakukannya bisa menyelesaikan permasalahan. Akan ku lakukan,”

“Tapi ini terlalu beresiko. Masih ada cara lain untuk menyelesaikannya.”

“Kalau memang hidupku berakhir di sini, mungkin itu sudah takdirku. Aku siap menanggung semuanya.” Kuro memantapkan hatinya, “Jadi kalian tak perlu khawatir.”

Mereka pun pergi menuju bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds tersimpan, tempat pedang sakral itu tersimpan pula.

Sebuah bangunan paling megah di antara banungunan yang ada. Di jaga dengan sangat ketat. Dalam bangunan pun tak kalah megah dari penampilan luarnya. Ornamen-ornamen kristal menghiasi sepanjang jalan masuk. Pilar-pilar kristal membiasakan cahaya yang masuk dari atap, membiaskan warna pelangi berpusat di tengah bangunan.

 Di tengah bangunan itu terdapat sebuah kotak bersinar sangat terang yang di sampingnya terdapat sebuah pedang tertancap yang tak kalah terang sinarnya.

Di sana sudah berkumpul beberapa malaikat dan archangel. Kuro yang sudah memantapkan keputusannya dan siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi berjalan mendekati pedang tersebut.

Tak ada kata ragu lagi kali ini. Ia mulai mengulurkan tangan kanannya menyentuh pedang tersebut. Semua malaikat, archangel dan teman reverier yang baru Kuro kenal menyaksikannya.

Saat Kuro mulai menyentuh pedang itu, seolah-olah hatinya dibebani tanggungjawab yang begitu besar dan berat. Ia bahkan sempat ragu untuk menarik pedang tersebut dari tempatnya. Saat ia mulai menarik pedang itu, cahaya yang sangat kuat dan terang melahap tubuhnya.

Para malaikat yang menyaksikannya hanya diam. Sepertinya memang tak ada yang bisa mencabut pedang itu dari tempatnya. Malaikat Gader Hael tersenyum menang. Na meneteskan air mata.

Zia memasang wajah sedih. Tak disangka ia akan berpisah secepat itu dengan teman yang baru ia temui.

“Lil’ sheep, kau pasti akan kesepian,” Zia mengelus domba Kuro.

Jess-Hutcer hanya bisa membelalakkan matanya, “Bocah naif itu memang terlalu keras kepala.”

 Mendadak sebuah gempa yang sangat kuat mengguncangkan tempat itu. Semua terheran dengan apa yang terjadi. Di saat bersamaan malaikat Zigriel mendapat laporan serangan dari para angel proletar telah datang. Dan mulai mendekati tempat penyimpan Devine Vault of Deeds. Ia segera menyampaikan pesan itu ke malaikat Enzeru yang berada di sana.

Malaikat Enzeru pun segera bergegas terbang keluar dari tempat itu. Malaikan lainnya pun juga bersiaga. Para reveriers terjatuh akibat guncangan tadi. Begitu guncangan mereda Jesshutcherson langsung menyusul malaikat Enzeru meninggalkan Zia dan Na di sana.

Tidak ada gunanya hanya berdiam saja. Peperangan sudah dimulai. Mau tidak mau Jesshutcherson harus ikut bertarung mengalahkan pasukan malaikat proletar untuk menyelesaikan misi.

Persetan dengan rencana membuka komunikasi dengan Tuhan. Pada akhirnya juga tidak membuahkan hasil. Ia hanya merasa iba dengan bocah malang yang begitu singkat hidupnya.

Begitu Jesshutcherson sampai di luar bangunan. Pemandangan peperangan sudah di depan mata. Yang paling menakjubkan adalah peperangan di udara, gemuruh baku hantam saling lempar elemen, senjata, terlihat seperti kawanan burung yang sedang berseteru. Tidak jarang dari malaikat-malaikat yang berterbangan di udara terjatuh dan pertempuran di lanjutkan di daratan ada pula yang lenyap menjadi partikel-partikel cahaya tak berbekas.

“Hei Hutcher, jadi apa yang harus kita lakukan?” tanyanya sambil mengamati langit, “Kita tak punya senjata, juga tak bisa terbang.” lanjutnya.

“Kita harus tetap tenang. Pasti ada hal yang bisa kita lakukan.”

“Aku tak ingin mati konyol di sini dan masuk neraka. Apa-apan misi ini? Kalau begini kita cuma bisa berharap malaikat Enzeru bisa menang dari peperangan ini”

Berbeda dengan Jess yang sedikit panik, Hutcher tetap mencoba tenang dan berpikir. Namun saat ia sedang berpikir tiba kobaran api dan ledakan beruntun mengarah ke arah mereka. sepontan Hutcher langsung membentuk pelindung dengan manupulasi es nya.

Hutcher ingat pernah tanpa sengaja juga menggunakannya waktu mencoba menyelamatkan Na. Serangan itu juga mengingatkan kembali Jess ketika ia melawan bu Stanford, ibu Hutcher yang berusaha membunuh anak kandungnya sendiri. Ia ingat bahwa ia juga bisa menggunakan sihir api.

“Hmm, jadi begitu,” Jess tersenyum lebar merasa senang, seolah ia baru tersadar dari amnesia, “baiklah Hutcher! Ayo kita balas serangan tadi.” Jess yang tadinya uring-uringan berubah bersemangat kembali secara instan.

Begitu perisai es Hutcher retak, tak disangka di depannya sudah ada sesosok bertudung memegang pedang berbara api siap menusuknya. Serangan yang terlalu tiba-tiba membuat Jesshutcherson sulit menghindar. Ia melangkahkan kakinya ke kanan, hunusan pedang mengenai jas Hucther dan membakarnya. Hutcher langsung memadamkannya dengan jurus esnya.

Belum sempat memberikan serangan balasan dari tangan kiri sosok bertudung itu langsung terbentuk pedang baru dari api dan dengan cepat tebasan diayunkan ke arah Jesshutcherson menghindar. Jesshutcherson menunduk menghindari serangan, Jess megarahkan tangan kanannya ke arah sosok bertudung itu.

Ledakan api mengitari sosok bertudung itu. Jess yakin serangannya pasti kena telak.

“Mampus lu. Hahaha.” Jess tertawa senang.

Namun tak disangka ternyata serangan tadi sepertinya tidak berarti apa-apa. Dari dalam kobaran api bekas ledakan tiba-tiba muncul seburan api biru mengarah ke Jesshutcherson, Hutcher langsung membentuk dinding es tebal menahan semburan tersebut.

Dan tak diduga pula dari atas sosok bertudung tadi menghujamkan puluhan pedang ke arah Jesshutcherson. Reflek, Hutcher langsung melambaikan tangannya ke atas membentuk setengah lingkaran dan perisai es pun terbentuk, membekukan pedang-pedang api yang siap menusuk mereka.

Perisai Hutcher tak bisa menahan seluruh serangan, Jess langsung menggantikankannya, mengarakan tangan kanannya ke atas membuat semburan api yang sangat kuat. Semburan tersebut berhasil mengenai sosok bertudung itu dan membuka tudungnya.

Hal mengejutkan sontak membuat Jess dan Huntcher memebelalakkan mata dan terdiam.

“Kuro?” ucapnya lirih, melihat sosok dibalik tudung orang yang ia lawan.

Ia tak habis pikir dengan apa yang ia lihat. Kuro ternyata masih hidup. Ntah harus senang atau bagaimana tapi sosok Kuro kali ini menjadi musuh?.

“Tunggu apa ma

Belum selesai bicara, sambaran halilintar horizontal mengarah ke arah mereka. Jesshutcherson melompat menjauh. Tak ada waktu lengang di tengah-tengah pertempuran. Bahkan Jusshutcherson hampir lupa bahwa tak hanya mereka yang sedang bertarung.

Pertarungan angkasa yang tak kalah hebatnya sedang berlangsung. Pertarungan antara malaikat petir dan malaikat maut.

“Memegang teguh perintah Tuhan adalah alasan kenapa kita ada. Sebagai malaikat seharusnya kau tahu itu, malakaikat Barakiel.”

“Karena itulah kita harus segera menghancurkan Divine Vault of Deeds, sesuai perintah Tuhan.” Katanya sembari membentuk senjata dengan petirnya dan diarahnkan ke malaikat Enzeru.

Malaikat Enzeru mengayunkan sabitnya menangkis serangan. Percikan-percikan kilat berhamburan dilangit terlihat seperti kembang api.

“Tidak! Tuhan memerintahkan untuk menjaganya hingga perintah berikutnya,”

“Sepertinya telingamu telah tertutup malaikat Enzeru. Kau bahkan tidak bisa mendengar perintah sesungguhnya dari Tuhan.”

“Kaulah yang telah dibutakan. Tidak seharusnya perseteruan ini terjadi. Jika kekacauan ini terus berlangsung, surga pun bisa jatuh menjadi neraka.”

“Segala yang terjadi di semesta adalah kehendak-Nya. Tidak sepatutnya kita mempertanyakan apa yang Tuhan rencankan.”

“Daripada peperangan bukankan lebih baik kita mencoba mehubungi Tuhan kembali?”

“Mungkin karena kau tidak mendengar perintah-Nya karena itulah Tuhan murka dan memutus komunikasi. Jika kita segera melaksanakan perintah-Nya, niscaya gerbang komunikasi akan terbuka kembali.”  

Di tengah-tengah pertarungan itu, malaikat Barakiel dan Enzeru masih sempat-sempatnya beradu pendapat. Mereka bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Dan membuat mereka tetap harus bertarung.

Malaikat Barakiel mendekati malaikat Enzeru dengan yellow light-nya. Dalam waktu seper sekian detik ia sudah berada di depan malaikat Enzeru dan menghantamkan thundering smashsebuah tinjuan yang diperkuat dengan sambaran petir.

Malaikat Enzeru menahan serangan itu dengan sabitnya dan membelokkan sambaran petir ke udara bebas. Malaikat Barakiel langsung mundur setelah meluncurkan serangan itu. Bersiap dengan serangan berikutnya.

Kali ini Enzeru melemparkan sabit beracunnya ke arah malaikat Barakiel. Barakiel berhasil menghindari sabit itu, namun tak diduga sabit Enzeru berputar balik seperti boomerang menyerang Barakiel dari belakang. Sebelum mengenai Barakiel sebuah tembakan membuat arah sabit Enzeru meleset dari sasaran.
ÊYÍ


Sementara itu, di dalam bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds, Zia dan Na bersama 3 archangel masih di sana. Para archangel bertugas menjaga di dekat Devine Vault of Deeds.

Mereka mempertahankan bangunan dengan membentuk barrier di luar bangunan sehingga bangunan tidak mudah dihancurkan dan membuat barrier berlapis di dalam bangunan juga.

Cahaya terang dari arah deeds di letakkan perlahan-lahan membentuk sepasang sayap putih bersih dan berbalut cahaya. Dari balik sayap itu mulai terlihat sosok pemuda yang sempat terlahap terangnya cahaya tadi.

Pemuda itu berbalik seraya berkata, “Hehehe. Maaf tadi aku sempat ragu.” Senyum lebar terukir diwajahnya tanpa dosa.

Zia yang melihat langsung berlari memeluk sahabatnya itu.

“Syukurlah kau tidak apa-apa,”

“Dimana malaikat Enzeru dan kak Hutcher?”

“Kita sudah dikepung mereka melawan malaikat Barakiel dan para malaikat proletar,” jelas malaikat Zigriel.

“Lebih baik kita segera membantu mereka,” sahut Na.

“Tidak! Lebih baik bergegas ke Gerbang Agung. Alam ini meminjamkan kekuatannya kepada Anda. Itu artinya Anda memang dipercaya, kemarilah!”

Kuro mendekati malaikat Zigriel. Malaikat Zigriel menyentuh kening Kuro, ia meminjamkan kekuatan telepatinya kepada Kuro.

“Sekarang Anda bisa berkomunikasi dengan siapapun tanpa bantuan saya. Baiklah ayo kita pergi dari sini.”

Mereka meninggal tempat itu, hanya menyisakan malaikat Raisfel dan Gader Hael. Malaikat Gader Hael masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pertama kalinya dalam sejarah, pedang suciSayfEl Elyon bisa di cabut dari tempatnya.
ÊYÍ



Gempuran dari para malaikat proletar datang dari berbagai arah. Mereka yang terjatuh bangkit lagi melakukan perlawanan. Perlawanan tiada akhir. Alam malaikat porak poranda.

Dari kejauhan seorang pemuda, bisa dibilang yang paling muda diantara seluruh reveriers yang terdampar di alam malaikat ini, berpenampilan ala mafia sedang mengamati jalannya pertempuran bersama dombanya.

“Jadi mana yang harus kita serang? Aku tak tau lagi dimana kita berada. Hmm, kurasa aku hanya perlu mengikuti pesannya saat ini, lalu pulang membawa banyak kristal jika peperangan ini selesai. Tak perlu repot-repot mengeluarkan banyak tenaga. Kau memang pintar Zephyr. Hahaha.” Ia bicara sendiri sambil menunggu isyarat.

Zephyr tetap bersembunyi melayang-layang di udara tanpa disadari siapapun. Ia menaiki kereta domba dengan perisai transparan yang dipasang oleh malaikat kembar yang memodifikasi senjatanya.

Sesekali ia menembakkan senjatanya, asal menembak ntah itu malaikat dari kubu proletar atau archangel ia tak peduli. Sesekali pula ia menembakkan senjatanya untuk membatu malaikat Barakiel. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membunuh kebosanannya dalam penantian.

Lalu ia fokuskan kembali perhatiaanya, ia memperbesar zoom kacamatanya mengamati petarungan Ze dan wanitapria. Penampilan yang setengah-setengah.

“What the!? Jangan bilang itu newhalf?” Zephyr mengatur zoom goggles-nya dengan perbesaran maksimum, “Tunggu dulu! Ada dua Ze?”
ÊYÍ


Dari atas terlihat kobaran api dimana-mana. Meskipun cuaca cerah namum gemuruh petir menyambar ke berbagai arah terdengar begitu dahsyat. Menghantam bangunan terbentuk dari kristal, menggosongkan dataran kapas. Menumbangkan pohon-pohon yang sekeras kristal.

Pertarungan sengit antara malaikat Barakiel dan Enzeru masih terus berlangsung di tengah-tengah pertarungan malaikat lainnya di angkasa bebas.

Sementara itu di daratan pertarungan antara Jesshutcherson dan Kuro (begitu yang terlihat di mata Jess) juga masih berlangsung tak kalah sengitnya. Api melawan api, api melawan es, atau tangan kosong.

Hutcher menggunakan kemampuannya dalam memanipulasi cahaya, ia mengeluarkan cahaya yang sangat terang mebuat musuh sulit melihat. Akan tetapi Kuro menyerang dari arah yang berlawanan.

Kali ini Jesshutcherson benar-benar terdesak, Kuro menggunakan pola serangan yang sama, hujan pedang api dengan derajat yang lebih panas dan kuat bahkan perisai yang dibuat Hutcher tak lagi mampu menahan serangan, belum sempat perisai terbentuk, semuanya berubah menjadi air seperti hujan dan menguap karena terlalu panas.

Beberapa serangan mengenai tubuh Jesshutcherson. Kali ini serangan kena telak. Jesshutcherson tak punya kesempatan menghindar. Kematian sudah di depan mata.

“Kurasa kita sudah berakhir Jess. Kau siap pergi ke neraka?” Hutcher mulai pasrah dengan nasibnya.

Namun takdir berkata lain sesosok malaikat bersayap menghampiri mereka dan menangkis semua serangan dengan dua pedang. Gerakan pedangnya begitu lincah dan cepat. Membentuk sebuah pola tarian pedang nan elegan. Semua serangan bisa ditangkis dengan sangat akurat.

Tunggu dulu!” sepertinya Jesshutcherson mengenali penampilan malaikat itu, “Tidak! Dia bukan malaikat!

“Tentu saja bukan. Maaf terlambat.”

“Oi Reinbow hair kemana aja sih? Udah bikin khawatir baru nongol pula. Dan lagi kenapa kau bisa baca pikiranku?” sepaket pertanyaan langsung diluncurkan Jess tak peduli dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Hutcher yang menyadari kejanggalan langsung memotong pertanyaan Jess, “Tunggu, jika si Bocah Polos baru muncul lalu siapa yang kita hadapi? Apa kau sadar, Jess?”

Sejenak mereka terdiam.

“Yo Kuro! Kau merindukanku?” sapa dari sosok yang menyerangnya.

“Zweite?” Kuro mengernyitkan dahinya.

“Kau melindungi wanita setengah-setengah itu? Baiklah kalau begitu ayo kita main-main sebentar!”

Zweite langsung melesat ke arah Kuro, mengeluarkan dua buah pedang untuk mengimbangi Kuro. Kuro menangkis serangan Zweite mendesak mundur, menjauh dari Jesshutcherson yang sedang terluka.

“Sialan! Gue bukan wanita setengah-setengah woi!”

“Tapi memang kenyataannya kita terjebak dalam kondisi yang setengah-setengah.”

“Duh Hutcher sayang, kok kamu malah belain itu Kuro KW sih?”

“Jika kau masih punya tenaga untuk berteriak lebih baik kita segera pergi dari sini. Ada meteor jatuh mengarah ke sini.”

“Oh? Itu mengarah ke sini? Yang benar saja? Kalau kau tak bisa bergerak mana mungkin aku bisa bergerak? Kita satu tubuh.”

Makhluk setengah-setengah itu kehabisan cukup banyak darah akibat serangan tadi.

Dari sisi lain tampak dua sosok berlari menuju arah Jesshutcherson. Gadis berjas lab serta pria memakai sweater dan celana pendek. Mereka menerjang kawanan malaikat yang sedang bertarung didampingi malaikat Zigriel.

Gadis berbaju lab sesekali melemparkan tabung reaksi berisi cairan kimia ke arah malaikat-malaikat yang menyerang mereka. Pria bersweater menggerak-gerakkan tangannya seoalah memegang senjata. Malaikat Zigriel melindungi mereka dari serangan salah sasaran hingga tiba di depan Jesshutcherson.

Pria bersweater itu langsung jongkok, memasang kuda-kuda dan berpose seperti sedang memegang bazooka. Ia berkonsentrasi penuh, mengarahkannya ke meteor yang mengarah ke arah mereka.

Degenerate.

“Yosh!! BUUM!!!!”

Seketika meteor langsung hancur berkeping-keping.

“Hahaha. Kekuatan alam ini memang luar biasa. Ah tidak-tidak. Itu pasti karena kekuatanku dari awal memang luar biasa.”

Siapa lagi bocah alay ini?” batin Jess melihat bocah bersweater di depannya.

Setelah itu pria bersweater itu berbalik dan berubah wujud kembali.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya.

“Na?” Jess terkejut dengan apa yang dilihatnya, tak disangka pria itu adalah rekannya sendiri, “Jadi Na, kau juga setengah-setengah? Lanjutnya.

“Yang tadi itu Fa,” jawabnya singkat sambil menyembuhkan luka Jesshutcherson.

Gimana kalau si Rainbow hair tahu kalau calon istrinya ternyata setengah pria? Ah tapi seru juga ada asupan 801,” batin Jess.

Bukan waktunya mikirin itu! Kita lagi perang. Lagian kau yakin amat mereka bakal jadian.” Gertak Hutcher mengingatkan.

Dengan bantuan Na luka-luka Jesshutcherson mulai sembuh perlahan-lahan. Tenaga mereka juga berangsur-angsur pulih kembali.

Perang masih terus berlanjut. Kedua belah pihat terlihat seimbang. Tak hanya pertarungan antar pasukan kubu archangel dan proletar tapi pertarungan antar pemimpin-peminpin mereka pun juga terlihat seimbang.


Zweite mengayunkan kedua pedangnya, dari posisi silang ia membentangkan tangannya. Sebuah serangan api horizontal mengarah ke arah Kuro. Kuro melindungi dirinya dengan sayapnya.

Zweite memanfaat kesempatan itu, ia menyerang dari belakang. Ia meluncurkan sebuah tendangan dan membuat Kuro jatuh dari ketinggian 200 meter.

“Baiklah saudaraku. Aku tahu kau bisa membaca pikiranku. Saatnya permainan sesungguhnya di mulai!” Zweite langsung melesat ke arah Kuro jatuh menghunuskan pedangnya.

Kuro menahannya dengan kedua pedangnya. Tekanan dari Zweite membuat kecepatan jatuh semakin meningkat. Kuro berusaha mengendalikan dirinya lagi.

Reinigung.

Semburan api biru vertikal membubung ke angkasa, mengenai malaikat Barakiel dan Enzeru yang sedang bertarung di atas mereka.

Dari arah yang tak diketahui, sebuah tembakan mengarah ke bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds menembus api biru yang dikeluarkan Zweite.

Bangunan tersebut hancur luluh lantak. Hanya tersisa kepingan-kepingan bangunan saja. Campuran api yang melapisi tembakan membuat barrier yang melindungi bangunan menjadi disfungsi sehingga bisa dihancurkan dalam sekali tembakan.

Pertarungan malaikat Barakiel dan Enzeru pun terhenti. Petir yang terus mengaliri tubuh malaikat Barakiel pun menghilang.

“Maaf bang malaikat! Aku tidak sengaja!” teriaknya, “Kuharap dengan begini kalian bisa membuka mata.”

Para reveriers lain yang melihat bangunan tersebut telah dihancurkan pun terkejut.

“TIDAAAKKK!!! Bangunannya....”

“Mustahil! Jadi semuanya sudah berakhir?”

“Jadi kita gagal?”

Uhm. Tes tes”

Kuro meminta bantuan ke makaikat Zigriel untuk menghubungkan semua malaikat dengan telepati karena mustahil berbicara di tengah-tengah peperangan. Meskipun Kuro mendapat pinjamin kekuatan dari malaikat Zigriel namun kekuatannya terbatas hanya bisa digunakan dengan sesama teman reverier-nya saja.

Dengar semuanya! Lihatlah ke bangunan yang hancur itu! Penyebab sebenarnya komunikasi dengan Tuhan terputus adalah dia.

Semua malaikat berhenti bertarung. Memusatkan perhatian ke bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds yang telah hancur menjadi puing-puing.

Apa maksudnya ini?

Baiklah. Pemanasannya sudah cukup. Ayo kita mulai pembantaian yang sebenarnya!

Woi Kuro KW. Jadi kau ini sebenarnya dipihak siapa hah?

Hahaha. Maaf, dia di pihak kita kok. Aku hanya butuh adaptasi dengan pedang dan sayap baruku.

Sialan. Ingin rasanya kubunuh kombo bodoh itu.” Jess merasa tidak terima dipermainan.

“Kupikir dengan membuat kalian saling membunuh semua akan cepat selesai. Sayangnya para pengganggu muncul,”

“Malaikat Gader Hael?”
“Malaikat Gadreel?”
Enzeru dan Barakiel berkata bersamaan.

“Kenapa kau masih mempertanyakan Tuhan?”

“Selama ini kita hanya menerima perintah-Nya saja tapi tak pernah bertemu langsung dengan-Nya. Tidak kah kalian berpikir bahwa Tuhan hanyalah sebuah sistem yang digerakkan dari balik gerbang Agung? Kita bahkan tidak diijinkan memasukinya. Adakah diantara kalian yang pernah melihat wujud-Nya? Tidak bukan?”

“Jangan Lancang!”

“Dia yang menciptakan kita. Sudah sewajarnya kita mematuhi-Nya. Bukan hak kita mempertanyakan kehendak-Nya.”

“Dasar naif. Apakah jika suatu saat Tuhan memerintahkan kalian untuk membunuh diri kalian sendiri, kalian akan tetap melaksanakannya? Konyol sekali. Sadarlah! Kita ini hanya permainan bagi Tuhan. Permainan dari sebuah sistem yang tak diketahui kejelasannya. Sudah waktunya pe-reset-an dimulai. Alam ini, semesta ini butuh sistem baru.”

Cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Gempa beberapa kali mengguncang, membuat reatak dataran yang selembut kapas. Dari depan bangunan penyimpan Deeds, yang tadinya samar-samar mulai terlihat jelas. Seekor Hellhound setinggi bangunan tingkat tiga berdiri tegak menyebur-nyemburkan api neraka.

Dari langit-langit bermunculan iblis-iblis penentang Tuhan. Dari arah gerbang Agung terdengar ledakan yang memekakkan telinga.

“Ada lima,” malaikat Zigriel angkat bicara.

“Apa?” Hutcher yang tak mengerti yang dimaksud sang malaikat pun bertanya.

“Satu di sini dan empat di depan gerbang Agung. Pantas saja Tuhan enggan membuka gerbang komunikasi-Nya.”

“Apanya yang satu dan empat?” Jess menuntut penjelasan.

“Anjing,” sahut Zia dengan polosnya menginterpretasikan makhluk yang ada di depan matanya, “anjing bersayap.”

“Ya seperti apa yang kalian lihat. Tidak ada waktu lagi, cepat bergegas ke gerbang Agung. Yang di sini biar kami yang urus.”

“Kau bilang begitu sepertinya mustahil.”

Peperangan dimulai kembali.

Seluruh malaikat berbalik memusuhi mereka. Gadreel telah memanipulasi mereka semua. Lima reveriers, Barakiel, Enzeru dan tiga archangel lainnya melawan Gadreel beserta ribuan malaikat dan pasukan iblisnya. Jumlah yang tak seimbang membuat para archangel dan reveriers kewalahan menghadapi mereka.

Malaikat Raisfael tetap berada di dekan Devine Vault of Deeds, menjaganya dari iblis dan malaikat yang berusaha mendekat dan menghancurkannya.

Sambaran petir masal menggelegar kadang di luncurkan untuk mengurangi jumlah malaikat. Enzeru melemparkan sabit beracunnya berkali-kali, menebas setiap malaikat yang dilaluinya.

Zweite berusaha melawan Hellhound tapi sayang elemen api yang dimilikinya tak begitu efektif untuk melawan Hellhound yang juga berelemen api. Sesekali ia gunakan api penetralnya untuk membatalkan jurus yang akan dilancarkan monster itu.

Kuro dihadapkan langsung dengan dua mantan tangan kanan malaikat Barakiel yang cukup tangguhAbaddon dan Asbeel. Beberapa kali ia jatuh bangun menghadapi serangan dua arah.

Zephyr yang sedari tadi mengamati, mulai berpikir tidak akan ada artinya jika ia tidak ambil andil dalam pertempuran ini. Ia pun memutuskan untuk terjun ke arena pertempuran.

Na berganti persona dengan Fa, berusaha melukai musuhnya dengan kekuatan degenerasi yang ia miliki. Zia berusaha membantu Fa yang butuh fokus dalam menggunakan jurusnya dengan kemampuannya memanfaatkan zat-zat kimia untuk melawan para malaikat, namun karena dalam menggunakan kemampuannya itu Zia juga butuh waktu berpikir yang tidak singkat membuatnya tak terlalu bisa membantu.

Dari atas, seekor montser naga menyambar Zia dan Fa. Monster tersebut mencengkeran tubuh mereka, menekanya ke dataran. Kaki lancipnya menembut perut Fa sementara Zia hanya tergores saja. Cengkeraman yang terlalu kuat membuat mereka tak bisa lepas. Fa langsung berganti persona dengan Na.

Zia berusaha membebaskan tangannya agar bisa mengambil cairan kimia dari jasnya namun usahanya sia-sia. Tenaganya tak cukup kuat untuk membuka cengkeraman.

Dari mulut monster itu mulai terkumpul bulatan hitam, siap menembakkan ke mangsa yang ia cengkram. Ntah Na atau Zia yang akan terkena serangan lebih dulu. Mereka berdua panik. Darah mengalir dari tubuh Na yang belum mendapat kesempatan meregenerasi tubuhnya.

Monster itu mengarahkan mulutnya ke Na dan bersiap menyemburkan gumpalan hitam beraliran kilat di mulutnya. Akan tetapi sebuah tembakan terdengar dan monster itu berubah menjadi asap. Zia dan Na terlepas dari cengkeraman.

“It’s show time baby! Makhluk yang berani melukai seorang gadis sudah seharusnya mati.”

“Siapa kau?” tanya Na yang baru melihat sosok yang menyelamatkannya. Yang jelas dia bukanlah malaikat karena ia tak memiliki sayap seperti malaikat lainnya.

“Zephyr.” Jawabnya sambil terus menembakkan kedua pistolnya ke setiap malaikat atau pun monster yang mendekat, “Wow senjata ini boleh juga. Rasakan peluru tak terbatasku!” ia sedikit bersyukur mengikuti kata-kata Ze atau sebut saja Zweite. Senjatanya tak hanya bisa berubah menjadi senjata lebih besar namun pelurunya juga menjadi tak terbatas. Memberinya kebebasan menembak tanpa perlu khawatir kehabisan peluru dan kerepotan mengisi ulang.

Setiap makhluk yang terkena tembakan itu langsung berubah menjadi cahaya dan asap dalam sekali tembak. Ada pula yang memerlukan beberapa kali tembakan baru bisa lenyap. Senjata Zephyr telah dimodifikasi dengan menggunakan energi alam malaikat sebagai sumber tenaganya sehingga bisa digunakan untuk membunuh malaikat maupun iblis.

Na memanfaatkan kesempatan itu untuk meregenerasi tubuhnya yang terluka, menghentikan pendarahan. Lalu ia menyembuhkan luka Zia.

Mereka disibukkan dengan pertempuran hingga tak memiliki kesempatan untuk menuju gerbang Agung. Ditambah lagi ada mkhluk Hellhound raksasa yang harus mereka hadapi. Kuro bisa saja membunuh iblis itu dengan sekali tebasan pedang sucinya. Namun, kedua tangannya telah disibukkan dengan malaikat Abaddon dan Asbeel yang tak membiarkan perhatiannya teralih ke hal lainya.

Asbeel berusaha menggunakan ilusinya untuk menjebak Kuro namun, pedang suci yang ia pegang melindunginya dari serangan ilusi malaikat Asbeel. Dari arah berlawan malaikat Abaddon siap menikam Kuro dengan pedang, Kuro berbalik dan menahan serangan.

Kedua malaikat itu tak lagi melancarkan serangannya. Mereka menjauh. Ada sesuatu yang aneh.

Hellhound itu terbang mengepakkan sayapnya yang dilapisi api. Bola api raksasa terbentuk di mulutnya namun bukan itu serangan yang akan diluncurkan. Bulu-bulu api tegak dan tanjam siap di lancarkan. Zweite yang menyadari serangan itu langsung menghempaskan gelombang api penetral reinigung-nya, melindungi setiap reverier yang ada di sana. Membuatnya cukup kehilangan banyak energi.

Di saat bersamaan, bola api diluncurkan seraya menghilangnya api biru Zweite. Serangan tepat mengarah ke arah Kuro.

“Sial!” Zweite yang kelelahan tak sanggup lagi membuat perisai dadakan untuk melindungi Kuro.

“KUUROOOO!!!” teriak Hutcher yang menyadarinya langsung membentuk tebing es berlapis melindungi Kuro.

Tebing es Hutcher berhasil melindungi Kuro hingga lapisan es terakhir. Namun, sepertinya perlindungan itu berefek terbalik. Kuro terdiam, kedua pedang yang ia pegang terjatuh.

“Ada yang tidak beres.” Na menyadari sesuatu.

“Apa yang kau lakukan? Dasar NEWHALF BODOH!” Zweite berteriak marah sambil membakar habis sisa-sisa tebing es Hutcher. Kemurkaan memulihkan tenaganya secara instan.

“Apa katamu? Dasar Kuro KW! Sudah untung diselametin.” Jess yang tak terima dibilang newhalf balik nyolot.

Jantung Kuro berdegup kencang. Pandangannya terbelalak. Pikirannya sudah tak di arena pertempuran lagi. Ia bahkan tak menghiraukan serangan yang datang ke arahnya. Ia mulai terjatuh.

Kondisi itu dimanfaat malaikat Abaddon untuk menyerang Kuro dengan tombaknya. Serangan digagalkan Zweite. Malaikat Mikael menghunuskan pedangnya dari samping, membuat perhatian malaikat Abaddon teralihkan, memberi kesempatan Zweite menyelamatkan Kuro.

“Zephyr!”

“Iya manis, ada apa?”

“Bisa kau antar aku mendekati pria berambut orange putih itu?”

“Dengan senang hati.”

Zephyr dan Na berlari ke arah Kuro. Zephyr melindungi Na dari serangan dengan senjata apinya. Suara tembakan terdengar sepanjang jalan.

“Serahkan dia padaku!” tawar Na begitu tiba di dekat Zweite dan Kuro. “Biar aku urus dia, tolong lindungi kami.” Lanjutnya.
Zweite menyerahkan Kuro ke Na. Na mulai menenangkan Kuro yang mentalnya terguncang.

“Aku tahu ini berat. Tapi aku yakin kau pasti bisa melaluinya. Anggaplah semua itu tidak ada. Lupakanlah! Lupakan kenangan yang menyiksa itu. Jika itu membawa kegelapan, jauhilah! Ada cahaya terang yang menantimu.” Na terus membisikkan kata-kata yang memberikan semangat kepada Kuro sambil memeluk erat tubuhnya yang gemetaran. Na bisa merasakan ketakutan yang mengekang Kuro. ia terus membisikkan kata-katanya. Membebaskan Kuro dari belenggu.

Kata-kata itu terdengar samar-samar di alam bawah sadarnya....
ÊYÍ


Ntah sejak kapan begitu ia membuka matanya, hamparan salju putih menutupi permukaan tanah dan dedaunan telah ada di depan matanya. Kuro kecil berdiri di sana memegang boneka panda.

Bocah lima tahun itu terlihat senang bermain-main dengan salju menanti seseorang menjemputnya. Sampai ia melihat seekor panda berjalan memasuki hutan. Kesukaannya terhadap panda membuatnya mengikuti langkah panda itu dari belakang. Tanpa ia sadari, ia pun sudah berada di tengah hutan.

Ia mencoba memperhatikan sekelilingnya namun ia tak mengenali sama sekali daerah itu. Ia tersesat.

Angin semakin kencang, dan malam pun mulai tiba.  Jalan semakin gelap, salju turun semakin lebat, membuat jalanan sulit dilihat. Udara semakin dingin. Air terjun membeku. Tetesan air membentuk kristal-kristal stalaktit dan stalaknit di sepanjang gua yang dilaluinya. Kuro kecil berjalan sendirian dalam dinginnya musim dingin.

“Kakek?” Kuro kecil masih menelusuri jalan setapak yang penuh dengan tumpukan salju yang membuatnya sulit berjalan sambil memanggil-manggil kakeknya. Hempasan angin yang sangat kuat dan salju membuatnya langkah Kuro kecil terhenti. Tubuh kecilnya tak mampu menahan hempasan.

Tiba-tiba suara raungan terdengar dari semak-semak yang ada di sampingnya. Ia mulai ketakutan dan menangis.

“Kakek? Kakek dimana?” ia memeluk erat boneka yang ia pegang, menangis ketakutan.

Suran raungan semakin dekat. Seekor beruang salju liar muncul dari balik semak. Kuro yang tak bisa lari pun dicengkeram makhluk buas itu. Ia terjatuh, punggungnya terkena cakaran tajam yang cukup dalam. Membuat salju putih menjadi merah.

“Kake...a...yah...” ia menangis ketakutan sembari menahan sakit dan dinginnya salju yang membuat rasa sakitnya sepuluh kali lipat.

Badai salju menghempas beruang liar, menjauhkan dari tubuh Kuro yang terluka. Gemuruh longsoran salju pun terdengar. Longsosan itu menimbun tubuh mungil nan rentannya. Perlahan-lahan ia mulai kehilangan kesadaran. Hanya kegelapan yang ia lihat.
ÊYÍ



Gelap...dimana ini?

“Bangkitlah, Kuro!”

Samar-samar terdengar suara yang memanggilnya.

Siapa?

“.....Hapuslah! lepaskanlah perasaan itu. Jangan biarkan terus membebanimu. Ada hal lebih menyenangkan yang masih bisa kau kenang.” Bisikan-bisikan lembut penuh kasih itu mulai terdengar lebih jelas.

“Jika memang sulit. Pejamkanlah matamu. Biarkan aku menjadi matamu. Dengarkanlah suaraku. Percayalah padaku. Dengarkan suara angin, ia akan memandumu. Dengarkan setiap suara dan bunyi yang ada, kau bisa mempercayai mereka.”

Nafas Kuro yang tadi tidak teratur mulai membaik. Tubuhnya yang gemetaran mulai tenang. Na menutup mata Kuro dengan sapu tangan.

“Aku mengerti. Aku percaya padamu, Na.” Kuro mulai bangkit lagi. Ia memanggil kedua pedangnya.

 Na, kau gila? Apa-apaan ide konyol ini? Jangan berpikir tanpa melihat bisa memenangkan pertempuran.

Fa, berisik! Itu satu-satunya cara agar semua bisa berjalan lancar.

“Fa? Siapa Fa?” tanyanya mendengar suara dan nama yang baru ia dengar.

“Jangan hiraukan dia!”

Kombinasi Kuro dan Na sepertinya cukup sukses. Awalnya memang berantakan dan kadang Kuro tak bisa membalas serangan dengan tepat. Kadang ia mengarahkan pedannya ke udara kosong kadang tak bisa menghindari serangan juga. Namun ia mulai terbiasa dan bisa deradaptasi dengan kondisinya.

Begitu pula dengan Na. Ia mulai tahu kata-kata tepat untuk mengarahkan rekannya itu. Membuat mereka menjadi pasangan kompak. Akan tetapi, kondisi tersebut membuat Na tidak bisa bertukar tubuh dengan Fa.

Malaikat Barakiel membentuk pilar-pilar petir pembatas yang membuat ribuan malaikat dan iblis yang terjebak di dalamnya tak bisa lewat. Menyisakan ruang di sekitar Devine Vault of Deeds. Cukup efektif mengurangi musuh yang harus dihadapi.

Dengar! Sekarang kesempatan kalian menuju gerbang Agung.” Malaikat Zigriel memberitahukan ke seluruh reverier.

Para reverier berkumpul dan bersiap menuju gerbang Agung. Bergerak berkelompok saat ini adalah cara tercepat menembus musuh-musuh iblis-iblis dan malaikat yang siap menghadang mereka. Namun, rencana itu dihalangi malaikat Gadreel.

“Tidak semudah itu kalian bisa pergi dari sini.”

Malaikat Enzeru menggunakan blacklight dan segera menghampiri mereka.

“Pergilah! Biar kami tangani masalah di sini.”

Sepertinya berlari bukanlah cara efektif untuk menuju gerbang Agung. Mereka butuh cara yang lebih cepat lagi. Formasi pun dirubah.

Zephyr memanggil kereta dombanya. Ia dan Zia menaiki kereta berperisai itu. Kuro menggendong Na, membawanya terbang. Hutcher menggunakan elemen esnya untuk membuat lintasan es yang digunakannya untuk meluncur seperti sedang bermain ice skating, ia membuat sepatu dari es agar bisa meluncur di atasnya.

“Let it go!” ucap Jess dengan nada lagu let it go sountrack frozen.

Mereka pun bisa bergerak dengan lebih cepat. Zweite membuka jalan di depan sementara Zephyr menjaga bagian belakang. Zephir berdiri di atas kereta dombanya dan menembaki setiap monster, iblis, malaikat yang berusaha menyerang dan mengejar mereka.

Mereka sampai di depan gerbang Agung. Pilar-pilar petir mendadak terbentuk membuat para pengejar yang berusaha menerobos gosong tersambar petir.

“Wow! Fantastis!” Zephyr yang melihatnya berdecak kagum. Sebegitu hebatnya kah kekuatan para archangel. Bahkan efek kekuatannya bisa mencakup daerah yang cukup luas dan bisa digunakan dari jarak yang cukup jauh.

Zephyr melompat dari kereta dombanya. Kuro menurunkan Na di kerrta domba, satu-satunya tempat yang aman dari dampak pertempempuran. Dari sana Na mengarahkan Kuro.

“Baiklah, ada yang punya rencana? Ada empat raksasa di sini.” Tanya Jess.

Cwn Annwn
Iblis anjing kegelapan berkepala dua. Kepala kanan bisa menyemburkan api dan kiri mengeluarkan elemen petir. Tubuhnya dialiri api yang sangat panas yang tak pernah padam.

Rhewnghi.
Hellhound berelemen utama es. Tubuhnya berwarna putih seputih salju, kristal-krital es terbentuk di tubuhnya membentuk armor. Hembusan nafasnya dapat membekukan apapun.

Black suck
Hellhound bemata satu dengan cakar beracun. Tubuhnya sekeras logam yang sulit dihancurkan.

Gwyllguard.
Hellhound bersayap dan berelemen utama petir. Tubuhnya dialiri petir yang tak pernah padam. Sengatannya bisa membakar makhluk hidup yang berusaha mendekatinya.

“Petir, api, logam, es. Bagus semua lengkap di sini. Kau pintar gadis bersweater. Kali ini tak ada yang bisa menghalangi.

Sepertinya si bocah polos itu punya chlonophobia.

Bagaimana kau bisa tahu?

Reaksinya waktu tadi kita menggunakan elemen es. Tapi tak masalah, kita bisa bebas sekarang berkat Na.

 “AYO KITA HABISI SEMUANYA!!”

Zweite mengingat jurus yang digunakan malaikat Barakiel, lalu ia berusaha menggunakan jurus yang serupa, ia menghentakkan kakiknya membenntuk sangkar api mengurung dua Hellhound. Kedua nya meronta-ronta, meraung berusaha membebaskan diri dari penjara api yang dibuat Zweite namun tak bisa.

Untuk sementara mereka bisa berkonsentrasi menghabisi dua Hellhound lainnya yang masih bergerak bebas.

“Pertama mari habisi si es lilin.”

Secara bersamaan Zweite dan Jess menyerang dengan api untuk melelehkan Hellhound berelemen es itu. Api merah dan biru bercampur menjadi satu. Di tengah bara api Rhewnghi mengibas-ngibaskan ekornya, menyapu dataran tempat mereka berpijak. Zweite dan Jess langsung melompat mundur menghindari kibasan ekor yang seketika membekukan daratan itu.

Dari atas Kuro berusaha menebas anjing es itu, namun tebasannya tak berarti apa-apa. Tangan kiri yang ia gunakan untuk mencoba menebasnya membeku ketika pedang mulai menyentuh tubuh Rhewnghi. Ia pun langsung bergerak menjauh.

Zephyr berlari mendekat, berusaha mengalihkan perhatian Hellhound yang satunya lagi, Hellhound berelemen logam. Ia menembakkan bazookanya kearah Black suck. Tembakannnya mengenai kaki kanan depan monster itu dan berubah menjadi asap. Membuatnya terguling.

Zephyr terus menembakkan bazookanya. Akan tetapi kondisi itu  tak bertahan lama. Bagian tubuh yang rusak mulai terbentuk kembali dan membuatnya bisa bangkit lagi.

Zweite mendekati Kuro memegang tangan kiri untuk melelehkan es yang tadi membekukan tangannya.

“Kau mau pakai ini?” memberikan pedang orange yang ia pegang pada Zweite, “Kurasa satu pedang saja sudah cukup.” Lanjutnya ingin berkonsentrasi menggunakan pedang suci.

Jika pedangnya tak bisa digunakan, pedang suci yang dibuat oleh Tuhan tentunya akan bisa menyentuh iblis iu, begitu pikir Kuro.

Zweite menerima pedang Kuro. ia menggunakan pedang itu melapisinya dengan reinigung. Sehingga bisa digunakan untuk menebas iblis yang mereka hadapi.

Kuro berkonsentrasi penuh memusatkan tenaganya ke pedang yang ia pegang. Pedang itu pun bereaksi. Pedang mulai bersinar dan yang tadinya hanya berbentuk seperti katana biasa saja kini berubah bentuk menjadi lebih besar.

Zweite menyerang lebih dulu, ia menusuk mata Hellhound itu dan membuatnya tak bisa melihat. Semburan asap dingin dihembuskan. Jess dari bawah menahan hembusan tersebut dengan apinya. Api menyembur ke atas membentuk dinding tipis. Seketika lapisan dinding api itu pun berubah menjadi dinding es transparan dan pecah terhantam Zweite yang terhempas karena kibasan ekor si Hellhound. Suara gemerincing seperti kaca pecah terdengar begitu tubuh Zweite mengenai bekuan es itu. Ia terpental menabrak kereta domba tempat Na dan Zia berada dan terjatuh ke daratan.

Zweite bukanlah manusia, hantaman seperti itu tidak akan membuatnya memuntahkan darah atau pun melukai tubuhnya. Tapi dari kejauhan ia melihat Kuro terbatuk-batuk dan memuntahkan darah. Ia melupakan hal yang sangat penting.

Zweite sadar ia harus lebih berhati-hati lagi atau tuannya akan terbunuh. Ia bangkit dan berjalan mendekat kembali. Ia kembali menghidupkan bara apinya. Menjebak Hellhound setinggi sepuluh kali lipat tinggi manusia itu terkurung dalam lingkaran api.

Rhewnghi menghentak-hentakkan kakinya memunculkan kristal-kristal es tajam dari daratan. Zweite langsung terbang. Hutcher menggunakan elemen esnya untuk membuat runcingannya menjadi datar sehingga bisa di pijak

Zephyr yang tak punya kekuatan seperti rekan-rekannya, satu-satunya yang berada dalam kondisi terdesak kali ini. Ia berlari menjauh dari hujaman kristal es tajam namun kristal-krital itu tak henti-hentinya bermunculan. Hutcher pun membantunya dengan mengangkatnya dari daratan dengan menggunakan elemen es nya. Zephyr selamat.

Dataran tak lagi selembut kapas. Kristal es runcing siap menusup tubuh mereka yang terjatuh. Beberapa menit setelah kristal-kristal es itu berhenti bermunculan lolongan yang sangat kuat seperti suara ultra sonic menggetarkan daratan. Semua reverier menutup telinga. Es yang digunakan untuk mengangkat Zephyr pecah, ia terjatuh. Runcingan es siap menusuknya jadi sate.

“Oh tidak! Jadi ini akhir hidupku?” Zephyr yang tak bisa bertahanpun hanya berucap pasarah. Namun begitu ia terjatuh di daratan bukan rasa sakit yang ia rasakan, juga tak ada tusukan es menembus tubuhnya. Ia mendarat di sesuatu yang empuk. Ia mendarat di punggung dombanya. Kali ini dombanya yang menyelamatkannya dari kematian.

“Sunggug tragis. Seorang assasin diselamatkan oleh seekor domba.”

Kurungan yang dibentuk Zweite musnah. Dua Hellhound lainnya pun terbebas. Para reverier menjadi tambah kerepotan. Thunderstorm langsung menyerang Zweite dan Kuro. Zweite membentuk perisai untuk melindungi mereka.

Disaat bersamaan Annwn menembakkan bola api ke arah Jesshutcherson. Sama halnya dengan Zweite Jesshutcherson langsung menghindar dan membentuk perisai.

Suara menggelegar bagai ledakan nuklir mengguncang dataran dan menggetarkan gerbang Agung yang tak bergeming.

Dari sisi lainya Black suck mengayunkan cakarannya menembus pertahanan Jesshutcherson. Cakaran itu mengenai punggung Hutcher. Darah langsung muncrat dan Jesshutcherson jatuh tersungkur.

Dengan segera Zweite mebentuk kurungan kembali menghentikan Annwn dan dan Gwyllguard.

Zephyr duduk bersila di atas dombanya yang berada di depan kereta. Ia masih tak bisa melakukan apa-apa saat ini. Turun ke daratan sama dengan mati. Dengan berada di situ ia bisa selamat karena perisai yang dipasang sebelumnya masih dengan kokohnya melindungi kereta itu.

Zia dan Na yang melihat rekan mereka kesusahan pun tak bisa tinggal diam. Kuro sudah terbiasa dengan kondisinya, sepertinya ia tak butuh lagi panduan dari Na untuk melihat. Na langsung memanggil dombanya dan berniat menuju ke arah Jess. Namun niatnya dihentikan oleh Zephyr.

“Kau mau kemana Nona manis?” panggilnya menghentikan Na, “Kalau kau mendekat ke sana itu sama artinya menawarkan nyawa. Berada di sini adalah satu-satunya yang aman.” Lanjutnya mengingatkan.

“Aku hanya ingin membantu menyembuhkan Jesshutcher yang sedang terluka.”

Benar Na. Biarkan mereka yang menghadapi monster-monster itu.

Menunggu tidak akan menghasilkan apapun, Fa. Yang harus kita lakukan adalah bergerak. Setidaknya aku ingin berguna untuk mereka.” Na sudah memantapkan niatnya. Ia tak ingin melihat rekan-rekannya meninggal begitu saja.

“Baiklah. Kita bergerak dengan kereta ini. Setidaknya itu akan lebih aman.” Zephyr memberikan saran. Na pun setuju.

“Baiklah domba-domba ayo kita melaju!” Zephyr tetap duduk bersila di domba yang menarik kereta itu karena keretanya hanya muat untuk dua orang saja. Mereka mendekat ke tempat Jess dan menurunkan Na.

Na segera menyembuhkan luka Jess. Zephyr kembali merubah pistolnya menjadi bazooka untuk melindungi mereka.

Zweite dan Kuro di sibukkan melewan dua Hellhound skaligus. Zweite mengikat Black suck dengan apinya agar tak bisa bergerak mengganggu pertenpuran mereka. ia juga menggunakan apinya untuk menundukkan Rhewnghi. Menekan dengan tenaga penuh agar anjing es itu tidak bisa bergerak. Lilitan apinya membara mengekang erat seperti tali. Ia memotong ekor anjing es itu dengan pedangnya.

“Kuro, Sekarang!”

Kuro membelah tubuh anjing iblis itu dari kepala hingga ujung ekor yang di potong Zweite. Tubuhnya terbelah jadi dua dan kemudian berubah menjadi asap tak berbekas.

Satu ekor berhasil dilenyapkan.

Begitu mereka berbalik ke arah Black suck. Jarum-jarum logam dan bola-bola raksasa terbentuk di angkasa. Dan lagi-lagi kurungan Zweite berhasil dihancurkan.
    
Gunakan gaisma schëld...” terdengar bisikan dari malaikat Zigriel

Kuro dan Zweite menuju ke tempat rekan-rekannya berkumpul. Kuro menancapkan pedang suci ke permukaan. Mengikuti kata-kata malaikat Zigriel.

[നേരിയ പരിചയും]
[Gaisma Shceld]

Sebuah bulatan perisai cahaya terbentuk, melindungi mereka dari gumpalan logam raksasa dan jarum-jarum yang menghujani mereka. Gwyllguard dan Annwn yang berusaha menginjak mereka juga tak bisa menembus perisai cahaya itu. Perisai itu juga melindungi dengan kokohnya serangan thunderbolt dari Gwyllguard.

“...stoirmraseri slaisar, bisikan dari malaikat Zigriel kembali datang.

Kuro mencabut pedangnya kembali dan mengayunkan pedangnya secara vertikal membelah permukaan. Sebuah angin badai menghempaskan kedua Hellhound yang ada di depan mereka dan menyayat-nyayat tubuh mereka.

Kuro berkonsentrasi penuh dengan pendengarannya, memperkirakan setiap gerakan rekan dan Hellhound yang harus ia hadapi. Merasakan tiap getaran dan hembusan angin.

Black suck berjalan mendekat memuntahkan cairan logam panas dari mulutnya. Kuro segera menggunakan gaisma scheld kembali. Dilanjutkan dengan stoirmraseri slaisar berturut-turut menjauhkan makhluk besi itu dari kawan-kawannya.

Sementara itu, Zia masih berpikir bagaimana agar dirinya bisa membantu rekannya itu. Yang ia tahu hanyalah memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk melawan musuhnya. Namun yang dihadapi kali ini adalah anjing iblis raksasa.

“Sepertinya Zeze tidak berguna di sini. Zeze Cuma jadi beban buat teman-teman.” Zeze mulai terpuruk, menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa banyak membantu. Ekspresinya muram.

“Zeze pasti bisa. Anggap saja makhluk itu senyawa-senyawa kimia, benda-benda yang terjadi karena reaksi kimia. Zeze pasti tahu apa yang mau Zeze lakukan.”

“Tapi-tapi mereka iblis dan terlalu besar....”

“Kalau nggak dicoba mana mungkin tahu hasilnya.” VVinnie teman imajinasi Zeze terus memberi semangat, “ Lihat! Ada logam dan api, jadi senyawa apa yang cocok untuk melawan mereka?” lanjutnya sambil menoleh ke arah Zia.

“Dasar gila!” ucap lirih Zephyr yang sedari tadi memperhatikan zia berbicara sendiri.

“OK, Vinnie!! Ayo bantu Kuro chan!!! Makhluk-makhluk itu hanyalah onggokan besi dan kombaran api yang harus dipadamkan,” Zia mendadak semangat lagi.

“Kau lupa ada petir juga, Ze.”

“Bukan Vinnie, itu listrik bocor. Ayo maju Lil’ Sheep!!!”

Zia mengeluarkan botol reaksi ukuran besar dan mendekati Black suck dengan menaiki dombanya. Setelah berada di dekatnya ia langsung mengambil lagi sebotol penuh cairan kimia dari jas labnya. Ia melemparkan dua botol besar cairan kimia itu ke kaki Black suck.

“Setan dilawan dengan cairan setan!! Rasakan ini Setan besi!” Teriaknya.

[Aqua Regia]
[HNO3+HCL]


Campuran asam nitrat dan asam klorida membentuk reaksi yang sangat kuat dan menghancurkan satu kaki yang terkena cairan itu. Black suck tumbang ke depan.

“Kyaa Lari!!” Zia panik, mencoba lari dari jatuhnya Bluck suck.

“Ze, kalau mau lempar pikir-pikir dulu!”

Zephyr menembakkan Bazooka nya tepat mengenai moncong Black suck yang akan mengenai Zia. Zia pun selamat, moncong berubah menjadi asap sebelum mengenai Zia. Tapi tidak berhenti di situ. Black suck yang tumbang menyapukan ekornya ke arah Zia.

Kuro dengan gerakan cepatnya menahan hempasan ekor itu dan menebasnya. Zia berhasil menyelamatkan diri dan mempersiapkan cairan kimia berikutnya.

Zephyr terus menembakkan Bazookanya, mengincar kepala Black suck. Sampai Black suck tak lagi memiliki kepala dan ekor. Bukan berarti ia telah mati. Kaki yang tadinya hancur mulai terbentuk kembali. Iblis tanpa kepala itu bangkit lagi dari tempatnya tersungkur.

Dari punggungnya terbentuk sayap besi dan empat gumpalan logam raksasa berantai yang terhubung dengan tubuhnya. Ia menghantamkan gumpalan-gumpalan itu ke arah Zephyr dengan kecepatan tinggi.

“Shit!” umpat Zephyr yang terdesak.

Menembak pun tak akan menghindarkan mereka dari hantaman maut itu. Kuro yang menyadarinya langsung melesat ke arah rekan-rekannya. Segera ia bentuk perisai cahaya untuk menahan hantaman beruntun itu.

Sepertinya Kuro benar-benar sudah terbiasa dengan pertarungan mata tertutup. Ia bisa bergerak dengan bebas dan mempredikisikan pergerakan dengan akurat. Hanya sesekali saja perkiraannya meleset.

Hantaman yang tak henti-hentinya membuat mereka tetap dalam mode bertahan. Hantaman dengan kecepatan tinggi itu tak memberi kesempatan bagi Kuro untuk melakukan serangan.

Suara berat besi menghantam hamparan es terdengar seperti nada berima.

“Hei, apa kita bisa menyerang dari sini?” tanya Zephyr yang berpikir tak mungkin mereka hanya begini terus sampai akhir.

“Kurasa bisa. Perisai ini hanya melindungi serangan dari luar. Coba saja!”

“Kau yakin?”

“Hanya insting.” Jawabnya ringan.

“Baiklah kalau begitu. Kalau kita mati kau yang tanggung jawab.”

Zephyr pun mulai menembakkan kembali Bazooka. Seperti kata Kuro mereka masih bisa menyerang dari dalam perisai tanpa merusak perisainya.

Satu gumpalan butuh lima kali tembakan untuk menghancurkannya. Akan tetapi saat Zephyr mencoba berfokus menghancurkan gumpalan berikutnya. Gumpalan lain terbentuk kembali di tembakan ke tiga. Membuat usaha mereka sia-sia.

Na yang sedari tadi mencoba menyembuhkan Jesshutcherson pun berhenti sejenak, ia berganti persona dengan Fa dan membantu Zephyr. Berdua membuat serangan mereka lebih efektif.

Mereka terbebas dari serangan. Akan tetapi lagi-lagi benda lain mulai terbentuk lagi. Black suck terbang, dari bagian bawah sayapnya muncul rantai-rantai yang ujungnya terdapat kepala-kepala dengan gigi tajam siap menggigit mangsanya. Ia menggerak-gerakkan rantainya itu untuk menyerang Kuro.

Kuro berusaha untuk menangkis dan memotong setiap rantai yang meluncur ke arahnya namun tak semua bisa ia tangkis, satu rantai berhasil melilit tubuhnya dan ujung rantai itu menggigit kakinya.

Zia kembali datang menuangkan aqua regia ke rantai yang melilit Kuro. Kuro terbebas, darah segar mengucur dari kakinya. Ia tak punya waktu untuk memikirkan rasa sakit kali ini. Yang harus dilakukan adalah mengalahkan makhluk-makhluk itu sesegera mungkin dan mengakhiri pertempuran.

Zephyr yang punya kesempatan banyak mengamati jalannya pertarungan dari awal pun menyadari sesuatu.

“Kurasa aku harus mendekatinya dan menyampaikan ke tiruan Ze itu.”

“Maksumu Kuro? kau bisa menyampaikannya dari sini.”

“Mana mungkin teriak dari sini? Nggak mungkin kedengaran kan.”

“Telepati.”

“Huh?”

Setelah penjelasan dari Na pun Zephyr mengerti kenapa Ze melarangnya memikirkan rencananya kecuali sesaat sebelum digunakan. Ternyata ada yang bisa membaca pikiran, pantas saja pikirnya.

Kuro! kamu mendengarku?

Ya.” Jawabnya sambil  menghadi Black suck.

Aku tahu kau tak bisa melihat karena itu kau tak menyadarinya. Dengar! Ekor yang kau tebas tak bisa beregenerasi lagi begitu pula dengan kepala yang tadi terkena tembakan.

Hah? Jadi anjing ini tak berkepala tapi masih bisa bergerak?

Jika kau melakukan tebasan seperti yang kau lakukan untuk membelah anjing es tadi. Kita bisa menang dengan sekali tebas.

Anjing es? Maksudmu yang pertama? Aku sudah mencobanya tapi tak bisa.” Kuro mulai berpikir lagi bagaimana dia bisa melakukan serangan itu. Dan sepertinya ia ingat sesuatu.

Ah, aku tahu! Tapi aku butuh waktu untuk melakukannya.” lanjutnya

Kuro pun memanggil Zweite yang masih sibuk menghadapi Gwyllguard dan Annwn yang tak mati-mati meskipun bekali-kali ia coba menebasnya. Zweite juga tak yakin berapa lama lagi dia mampu bertahan dengan pertarungan yang banyak menguras energi ini.

Zweite mengikuti kata-kata Kuro, ia menjebak Black suck dengan dinding api berlapis berbentuk kubus sehingga Black suck tak bisa bergerak maupun mengeluarkan serangan. Mengeluarkan semburan cairan logam pun, akan segera ternetralisir begitu melewati dinding api reinigung yang digunakan untuk melapisi barrier.

Kuro memanfaatkan kesempatan yang diberi Zweite untuk memfokuskan energi agar bisa menebas Black suck.

Sambil menunggu Kuro bersiap menebas Black suck, triple Z (Zephyr, Zia, Zweite) berusaha menahan serangan-serangan Annwn dan Gwyllguard.  

“Kuro dua chan, menjauh!!!” teriak Zia sambil melempar dua botol kimia terisi penuh dengan serbuk.

[KClO3+ C7H5N3O6]
[Kalium klorat +Trinitrotaluen]

Ledakan dahsyat pun terjadi begitu botol kimia itu mengenai bara Annwn. Tenaga ledakannya membuan Gwyllguard yang berada di dekatnya ikut terhempas. Asap pekat  membubung ke angkasa. Es yang berada di sekitar ledakan mulai mencair terkena panas api.

Pasca ledakan pun Gwyllguard masih bisa berdiri kokoh dibalik bubungan asap yang mulai memudar. Ternyata ledakan juga tak bisa membunuh Gwyllguard.

Zweite kembali membentuk jeruji api, menjaga Gwyllguard dan Annwn tetap di tempatnya.

“Setidaknya masih bisa bertahan meskipun cuma 10 menit,” perisai yang dibuat Zweite semakin melemah seiring kondisi tubuhnya yang semakin lelah. Nafasnya terengah-engah. Ia memanfatkan waktu 10 menitnya itu untuk beristirahat sejenak.

Zweite, buka perisainya.

Kuro langsung melesat dengan kecepat tinggi menebas Black suck begitu perisai dibuka.

Satu ekor lagi berhasil dimusnahkan.

Kuro mulai mengerti sedikit demi sedikit bagaimana cara menggunakan pedangnya. Hal ini membuat mereka tidak perlu membuang tenaga terlalu banyak lagi untuk menghabisi Hellhound yang tersisa.

Begitu jeruji api dibuka Zia langsung melemparkan botol Kimianya ke arah Annwn.

[NH4H2PO4+(NH4)2SO4]
[Monoamonium fosfat + Amonium sulfat]

Zat kimia kering yang melebur terkena bara api Annwn itu membengkak dan menutupi tiap pori-pori yang mengeluarkan api. Membuat api yang mengaliri tubuh Annwn padam seketika. Memberi kesempatan pada Kuro untuk menebas Annwn dengan aman.

Kini yang tersisa hanyalah Gwyllguard. Giliran Zweite menggunakan api penetralnya menghentikan aliran petir pada tubuh Gwyllguard. Dan dengan cara yang sama Kuro melenyapkan Hellhound terakhir itu.


Akhirnya mereka bisa menghabisi seluruh Hellhound dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Disaat bersamaan Na juga berhasil mengeluarkan racun yang ada pada tubuh Jesshutcherson dan menyelamatkan nyawanya.

Semua berkumpul di depan gerbang Agung. Kuro masih menutup matanya, karena arena bekas pertemperan tidak memungkinkannya untuk melepas sapu tangan yang menutup matanya. Gerbang Agung masih membeku.

“Jadi bagaimana caranya kita membuka gerbangnya?”

“Ada tempat yang menyerupai bentuk pedang, mungking jika meletakkan pedang itu ke tengah akan membukanya.” Jawab Na yang berada di sampingnya. Ia mengarahkan tangan Kuro menyentuk bagian relik.

Kuro meletakkan pedangnya dan membiarkan beberapa saat. Namun tak ada yang terjadi.

“Tuhan, hamba-Mu di sini dalam masalah besar. Hamba mohon hentikan pertikaian ini. Agar perdamaian kembali terjaga di alam ciptaan-Mu ini.” Ucapnya memohon kepada Tuhan berusaha menyambungkan komunikasi kembali.

Gerbang Agung masih tak bergeming.

“Apa maksudnya ini? Kita sudah sejauh ini tapi tidak ada hasilnya?” Keluh Jess.

“Ada yang datang.” Kuro mendengar sesuatu.

“Hei-hei. Sepertinya om malaikat salah hitung. Lihat! Masih ada satu ekor yang harus dibasmi.” Ucap Zweite sambil menunjukkan ke arah datangnya seekor Hellhound bersayap yang sedang terbang menuju arah mereka.

Hellhound bersayap empat dan berkepala empat dengan api membara melapisi tubuhnya.

“Masih ada yang punya tenaga untuk bersenang-senang?” tanya Zweite.

“Sepertinya kita harus bersabar sedikit lagi, Jess.” Ucap Hutcher.

“Ayo Lil’ Sheep!!! Kita juga bantu!.”

Semua langsung menyerang Hellhound yang baru saja datang. Kuro mengambil kembali pedangnya dan menyusul rekan-rekannya.

Hutcher menggunakan elemen esnya berusaha membekukan api. Hellhound berhasil melepaskan diri dari elemen es Hutcher dan tanpa diduga elemen yang mengaliri tubuh Hellhound itu berubah menjadi petir.

Hellhound itu menembakkan kilatan bola petir raksasa dan petir yang mengaliri tubuhnya menyambar-nyambar ke segala arah secara acak. Jesshutcherson langsung membentuk perisai untuk melindungi dirinya sendiri. Zweite membentuk perisai untuk melindungi Kuro dan Zia yang ada di dekatnya.

Tembakan kilat pun dilepaskan, mengenai gerbang Agung. Gerbang Agung bergetar keras. Zephyr dan Na yang berada di depan gerbang Agung juga selamat karena mereka tetap berada di kereta domba Zephyr.

Zia langsung melemparkan dua senyawa kimia yang ada di tangannya.

226Ra +241Am
[Radiun 226 + Ameresium 241]

 Dua senyawa itu menghamburkan ion radiasi menetralkan aliran listrik yang mengaliri tubuh Hellhound. Akan tetapi begitu kilatannya menghilang, elemen mulai berganti lagi. Kali ini bongkahan-bongkahan es tajam terbang mengorbit pada tubuh Hellhound itu.

Tak hanya itu secara bersamaan dari empat kepalanya menyemburkan Api, angin, petir dan gas beracun.

Zweite langsung menggunakan api penetralnya untuk menyelamatkan semuanya.

“Apa-apaan makhluk ini?”  keluh Jess dengan Hellhound yang selalu berubah elemen ketika terkena serangan.

Hembusan gas es di semburkan dari salah satu kepala. Hutcher langsung membentuk dinding es untuk pelindung. Gas es tersebut membekukan seluruh daratan juga gerbang Agung.

“..diffirergyd...” petunjuk dari malaikat Zigriel datang lagi.

Kuro mengikuti dengan baik tiap petunjuk yang diarahkan malaikat Zigriel. Ia mendekati Hellhound dan melakukan tebasan silang dengan pedang yang berlapis api[diiffirergyd][tebasan api suci]. Tebasan itu membuat elemen es yang menutup tubuh Hellhound hancur seketika dan dua kepala bagian tengah lenyap.

Zephyr dan Fa menyerang dari atas menembak punggung Hellhound. Begitu elemen es yang menutupi tubuh Hellhound itu lenyap mereka melihat sebuah lingkaran aneh di punggung Hellhound itu.

Dari bawah Zweite dan Jess berusaha membakar dengan elemen api mereka. bersamaan mereka membuat semburan api setengah biru setengah merah menjulang ke atas.

Sayangnya Hellhound itu mengepa-kepakkan sayapnya dan api berbalik ke arah mereka.

Zephyr terus memperhatikan lingkaran yang menarik perhatiannya. Begitu Hellhound menggunakan angin, lingkaran itu bergerak berubah warna dan bentuk menjadi seperti gelombang pusaran. Lingkaran itu mulai berubah lagi. Kini Hellhound kembali berelem api.

Ze, berapa lama api penetralmu bisa membuat elemen tak berfungsi?” Zephyr langsung bertanya kepada Zweite. Sepertinya ia punya rencana.

Untuk sekarang mungkin hanya bisa bertahan 10 menit.”

Aku tahu cara menghentikan perubahannya. Jadi netralkan elemen di seluruh  tubuhnya sekarang.

Zweite menyemburkan api penetralnya dan membuat Hellhound tak bisa menggunakan elemen untuk sementara waktu.

Zephyr mendarat di punggung Hellhound mencoba merusak lingkaran yang tadi menarik perhatiannya. Begitu di dekati tak disangka lingkarannya cukup besar. Ia mencoba menembakinya namun berbeda dengan Hellhound lainnya, lingkaran itu tak tergores sedikitpun. Ia pun memutuskan menggunakan belatinya. Begitu ia menyentuhkan belatinya ke bazookanya, senjatanya berubah menjadi palu besar dengan dua sisinya pemukulnya puluhan belati tajam, ia memukul-mukul lingkaran itu berkali-kali.

Fa membantu dari jauh dengan menggunakan degenerasi. Lingkaran mulai retak namun belum ada tanda-tanda bisa dihancurkan.

  Waktu semakin berlalu. Lingkaran itu mulai berubah warna lagi. Api-api mulai bermuculan. Zephyr memukul-mukulkan palunya dengan lebih keras. Ia harus bisa menghancurkannya sebelum api itu mulai menyebar ke tempatnya.

Zia yang melihat dari atas langsung melemparkan gas [HCFC-141b] [hydrochlorofluorocarbon], memadamkan api di sekitar Zephyr. Zephyr bergegas meninggalkan tempat itu.

Begitu Zephyr pergi Zia langsung menjatuhkan duo botol serbuk peledak tepat di tengah lingkaran. Ledakan itu berhasil menghancurkan lingkaran.

Hellhound semakin mengamuk. Mendadak hembusan api bercampur petir horizontal menyebar ke segala arah. Hanya tersisa satu elemen yang bisa digunakan Hellhound itu pasca hembusan elemen campuran, yaitu api.

Sekali lagi untuk terakhir kalinya Zweite menggunakan api penetralnya mendisfungsikan elemen api Hellhound. Disusul dengan Hutcher yang langsung menghentikan pergerakan Hellhound dengan elemen esnya begitu elemen api ternetralisir.

Hellhound meringkuk tak berdaya. Kuro juga sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir untuk membunuhnya.
 
Akan tetapi, tiba-tiab di depan Hellhound itu muncul anak kecil.

“Kakak tolonng aku,” anak kecil itu menangis ketakutan.

“Sjena?” Na yang melihat langsung berniat mendekati anak kecil itu.

Tunggu Na! Itu hanyalah ilusi. Jangan terpengaruh!

Tidak Fa. Itu benar Sjena.” Na tidak mendengarkan nasihat Fa dan langsung berlari ke depan anak kecil itu menghentikan Kuro.

“Na, menyingkirlah!”

“Kumohon jangan bunuh dia.”

“Aku tak tahu apa yang kau lihat tapi aku yakin di belakangmu itu hanyalah iblis yang harus segera kita lenyapkan.”

“Tidak. Sjena bukan” belum selesai Na berbicara cakar Hellhound yang terlepas dari kekangan es Hutcher menembus dada Na.

“NAAA!” menyadari keberadaan kawannya yang tak bisa ia rasakan lagi, Kuro meneteskan air mata dari balik sapu tangan yang menutup matanya.

Kuro menopang tubuh Na yang ambruk bersimpah darah. Ia melakuakn tebasan terakhirnya dan menjatuhkan pedangnya.

Tepat setelah menghilangnya Hellhound itu, gerbang Agung terbuka, pancaran sinarnya menyinari seluruh dataran bekas peperangan. Mengembalikan kondisi seperti semula. Gunung-gunung es pun tak ada lagi. Semua reverier menoleh ke arah gerbang Agung itu. Kuro membuka sapu tangan yang menutupi matanya.

“Wahai hambaku, kalian telah berhasil menyucikan kembali tanah suci ini. Gerbang ini terbuka kembali untuk kalian. Aku telah mengirim iblis-iblis itu kembali ke tempat asalnya dan menghukum mereka yang menentang.”   

“Tuhan, bisakah Engkau kembalikan dia untuk kami? Hamba tahu ini permintaan yang mustahil.”

“Wahai anakku. Setiap makhluk di dunia ini akan kembali pada penciptanya. Dan akan tiba saatnya masa pembangkitan. Jadi janganlah kau menentang takdir tetap. Jangan kau terhanyut kebahagiaan sesaat di dunia FANA. Bukankan sudah kujanjikan kehidupan kekal? Bagimu yang setia. ”

Begitulah kata-kata terakhir yang mereka dengar seraya tertutupnya kembali gerbang Agung. Cahaya perlahan-lahan meredup. Menyisakan cuaca cerah di alam malaikat. Na yang berada dalam pangkuan Kuro pun turut memudar bersama hilangnya cahaya dari gerbang Agung.

Peperangan telah usai. Menyisakan perasaan sesak dalam dada. Menyesali dirinya yang tak mampu melindungi rekannya sediri. Kebersamaan yang begitu singkat namun meninggalkan perasaan begitu mendalam. Mungkin hanya Kuro lah yang merasa begitu.

Jesshutcherson turut berduka dengan perginya Na. Akan tetapi ia juga merasa lega bisa menyelesaikan misi ini dengan selamat. Setidaknya untuk sementara waktu mereka tak harus masuk neraka.

Sementara Zephyr tak terlalu peduli dengan berakhirnya misi ini. Karena ia tak mendapatkan keuntungan apapun dari misi ini.

Sedangkan Zia tak tahu harus mengungkapakan perasaan seperti apa.

Kemudian terdengarlah sura domba-domba yang mengembik bersamaan. Terdengar begitu merdu. Mungkin jika diikutkan dalam ajang kompetisi international choir akan langsung mendapatkan gelar juara saking kompak dan merdunya.

“Ini domba-domba kenapa tiba-tiba paduan suara sih? Nggak tau kita lagi berkabung ya?” Jess bertanya sambil menoleh ke arah barisan domba. Di sana telah terbuka portal-portal yang siap mengantar mereka kembali.

Semua kembali meninggalkan Kuro sendirian.

“Mouton, bisa kau beri aku waktu sebentar? Aku ingin mengembalikan ini.”

Domba Kuro mengangguk setuju. Lalu begitu Kuro berbalik ke belakang malaikat Enzeru dan barakiel sudah ada di depan matanya.

“Terimakasih sudah meminjamkan pedang ini.”

“Anda berhak menjaga pedang itu.”

“Tidak. Saya tidak pantas untuk menjaga pedang ini. Jadi sudah seharusnya saya mengembalikan ke tempatnya berada.”

“Anda telah diberi kepercayaan oleh Nya. Jadi sudah sewajarnya itu menjadi hak Anda.”

“Kami sudah mendengar semuanya. Dan kami akan senantiasa bersama Anda. Ini mungkin akan berguna suatu saat.” Sambil menyerahkan sebuah buku.

Kuro menerima pemberian itu dan menyetujui kata-kata kedua malaikat itu. Dombanya kembali mengingatkannya untuk segera meninggalkan realm malaikat itu. Ia pun segera berjalan menuju portal yang telah disediakan sebelum portalnya tertutup kembali.

⊡・・・ÊYÍ・・・⊡



>Cerita sebelumnya : [PRELIM] 13 - KURO GODWILL | DREAM, PAST, AND FUTURE
>Cerita selanjutnya : -

28 komentar:

  1. Altem- Po

    Ada dua hal yg menurutku solid dan keren dari entri Kuro.

    - pertama adalah setting realmnya. Legenda dunia malaikat, nama2 dan identitas berbagai malaikat sampe hellhound digambarkan dengan baik dan ini salah satu setting yang fantasinya sangat kental dan tergambar legendanya dengan
    keren.

    - battlenya sangat jantan, penuh bakbikbuk dan elemen sihir ala game, geraman serta tebasan jurus yang maskulin dengan ledakan2.

    Bbrp hal yg jadi poin minus utkku:

    - alur ceritanya kurang jelas mau ngarahnya ke mana. Ko Kuro enak bgt tiba2 dapet status child of god, kesannya the chosen one bgt. Terus tiba2 cabut pedang dan udah aja, ketauan bgt dari awal bahwa dia bakal jadi satu2nya yg jadi pemenang utama konflik. Ini agak dipaksakan, baiknya menurutku adalah bahwa tiap karakter bukan cuma punya peran dalam battle tapi dalam menggerakkan cerita secara keseluruhan.

    Kemudian kemunculan hellhound juga terkesan agak maksa demi manjang2in battlenya. Barakiel dan Enzeru malah tenggelam dari atmosfir battle.

    - yg kedua adalah penokohan. Di sini, karakter Kuro dan yg lainnya kurang jelas. Kalau Kuro jadi
    Gagah setelah dapet pedang, atau dia pemberani, atau dia jantan, hal itu nggak keliatan
    sama sekali baik dari dialog atau tindakan dia. Kesannya dia menang cuma krn dapet power-up keren aja, nggak ada faktor kebaikan atau keberanian dia yg bisa menggugah secara emosi. Mudah2an lain kali, entri Kuro bisa menggali sifat2 dan perasaan Kuro dgn lebih dalam, sehingga battlenya pasti bakal lebih terasa berkesan.

    Nilai dariku 8

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya punya konsep tapi saya kebingungan waktu harus menuangakan dalam bentuk tulisan. alhasil beginilah. sebenarnya ada beberapa kejadian yang pengen saya jelasin tapi saya nggak tau harus nyingkat yang mana biar wordnya muat.

      dan pemilihan choorsen one itu memang kesalahan terbesar saya. akan saya revisi.

      lalu waktu ini selesai dan saya baca ulang, saya juga sadar saya belum memperdalam karakterisasi kuro. saya harus lebih bnyak belajar memainkn bnyak chara.

      Terimakasih saran2nya. sangat membantu. ^_^
      smua kesalahan saya catat dan akan saya perbaiki di round brikut jika lolos. trimakasih juga sudah berkenan membaca karya saya.

      Hapus
  2. Zephyr jd ladiesman yak? :v
    sama Ze itu Zwitei kan? .-. ane agak bingung soal satu ini :'
    overall keren kak, alesan ane gak milih set Divine itu gara" ane gabisa ngasih role yg tepat buat Z di set ini, tapi disini. kak Choriq bisa masukin dia dengan apik dan hanya dibekalin bazooka doang :'v

    dan sependapat sama bang Fata, Kuro disini jd kayak MC anime shounen kalo menurut ane berkat choosen one nya itu.

    untuk Z untung dia udah dikasih DP dulu sama Ze kalo enggak mungkin dia malah balik ngelawan karena gadapet apa - apa xD

    dari ane 8 kak! semoga kita bisa maju ke round 2 sama" :D
    OC : Zephyr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Ze itu Zweite. dia bergunagerak terpisah dari Kuro.

      Ya, di settingan yang saya gunakan semua yg berasal dari dunia luar menjadi disfungsi kecuali sihir dan penggunaan elemen yg bersifat alami. sengaja saya set begitu buat nunjukin spesialnya realm malaikat. jd nggak terkesan kaya dunia biasa yg ditinggali manusia.

      dan itu juga yang menjadi alasan saya ngasih bazooka ke Zephyr. biar bisa lebih berguna. tp bazookanya sendiri bisa berubah bentuk jd pistol yg biasa ia bw biar bwnya nggak kerepotan. dan amunisi yang tak terbatas jd makin praktis.

      silahkan dibawa pulang senjatanya yang baru mungkin bermanfaat. ^_^

      ho jd itu bisa jadi DP ya? nggak mikir ke sana. Zweite cuma pengen ngumpulin smua reveriers jd satu buat ngalahin gadreel karna dia tau keberadaan hellhound yang disamarkan dan pemicu konflik adal gdreel yg memanipulasi para archangel dan angel.

      Hapus
  3. E: Enryuumaru
    A: Amut

    E: Dibanding R1, saya lihat ada perkembangan, terutama di gaya narasi sama adegan berantemnya.
    A: Iya. Penceritaan latarnya juga lebih wah. Semua bagiannya jelas kalau menurut mbah.
    E: Tapi, meski pembawaannya sendiri udah oke, fokus ceritanya sendiri menurut saya kurang jelas. Maksudnya, seperti mendadak begitu aja terjadi, kurang alasan yang jelas.
    A: Ya, ya, seperti Tahu Bulat. Tapi tidak apa. Masih bisa dinikmati kok!
    E: Nilai dari Mbah deh. Saya ngikut aja.
    A: Mbah mau kasih 8 ah. Sip?
    E: Sip. Sampai bertemu di ronde dua ya!

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  4. ==Riilme's POWER Scale==
    Plot points : C
    Overall character usage : B
    Writing techs : C
    Engaging battle : C
    Reading enjoyment : D

    Saya heran, kenapa banyak banget entri yang make 'tau' alih" 'tahu'? Mana sebenernya yang baku? Juga 'ntah', kayaknya lebih bener kalau 'entah'. Terus 'Devine Vault of Deeds', yang bener 'Divine' bukan Devine

    Ada beberapa dialog yang mestinya ditutup pake tanda tanya kalau emang maksudnya sebuah kalimat tanya, bukan titik.

    Saya agak kurang sreg sama beberapa kali penjelasan tentang suatu term cahaya dalam kurung...tapi ga ada hubungannya sama penilaian saya ke cerita ini sih, sekedar pendapat pribadi

    Malaikan, malakaikat... Cukup banyak typo. Nama" malaikatnya juga lumayan banyak tapi tanpa distinctive feature, bikin saya bacanya kayak sekedar nama" lewat aja

    Ceritanya sendiri...entah kenapa saya kena banyak suspension of disbelief. Kayak gimana reverier langsung pada akur dan akrab, terus Kuro jadi anak Tuhan, dialog"nya kadang bikin cerita ini berasa ga punya tensi, dan pas udah mulai berantem suasananya beneran chaotic buat saya sehingga ga cuma sulit dinikmatin, tapi juga susah buat sekedar diikutin. Entahlah, mungkin sayanya aja ga bisa fokus karena banyaknya pihak yang bertikai di satu tempat sementara narasinya terus main ping-pong. Saya bahkan kehilangan arah siapa sebenernya yang dihadepin para reverier di entri ini menjelang akhir. Pihak malaikat? Barakiel atau Enzeru? Oh bukan, ternyata ada pihak ketiga yang manipulasi toh

    Pada akhirnya saya nangkepnya para reverier ngambil jalan tengah dan mencoba komunikasi langsung dengan Tuhan. Tapi jujur bagian lawan Hellhound itu berasa dragging banget. Tuhannya juga cuma ngomong dua paragraf, terus udah. Ga berkesan ngasih resolusi yang worth buat perjuangan sepanjang apa yang terjadi sebelumnya

    ==Final score: C (7)==
    OC : Iris Lemma

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk kata 'tau' bukannya saya tidak tahu. tp ada memang beberapa saya sengaja. karna saya berpikir nggak harus pakai kata baku terutama dibagian dialog. apalagi yang santai-santai.

      kalo kenapa endingnya Tuhan cuma begitu doang, itu karna saya kepentok jumlah kata jadi terpaksa saya pangkas sampai situ saja.

      jujur 16k tidak cukup bagi saya. apa lagi untuk memberikan peran secara merata. mungkin juga karna saya kurang bisa menuliskan adegan secara efektif.

      mengenai kuro jd 'son of god'. mengingat dia sendiri udah dewa. dan masih nyambung sama prelim sebenarnya. dan berkaitan dg latar belakangnya. tapi saya nggak bisa masukin latar belakang yang cukup panjang ke entri.

      terimakasih sudah mampir ^_^

      Hapus
  5. Konsep ceritanya bener-bener oke. Battle nya ga cuma "one hit kill" dan berasa "multiple boss stage" di game. Seru!

    Tapi sayangnya...

    Pembawaan narasinya ga sebagus konsepnya. Saya ga terlalu bisa menangkap maksud dari beberapa kalimat.

    Diperparah sama typo yang bertebaran. Entri ini panjang, jadi proofread harus lebih hati-hati.

    Overall Score: 7

    At last, greetings~
    Tanz, Father of Adrian Vasilis

    BalasHapus
  6. Hmmm, ini... saya baca ini sampai empat kali, tapi nggak pernah bener-bener bisa masuk ke ceritanya. Dan pada akhirnya, setelah saya pikirin baik-baik, sepertinya masalahnya adalah fokusnya yang kurang jelas. Karakter-karakternya banyak, dan coba disajikan semua, tapi nggak ada yang benar-benar kelihatan wow dari segi karakterisasi.

    Mungkin kalau nanti pertarungan selanjutnya pesertanya nggak sebanyak ini, sampean bisa lebih leluasa menyajikan cerita yang lebih menggigit tanpa perlu musingin karakter penting yang harus ditampilkan.

    Nilai: 7/10

    Fahrul Razi
    OC: Anita Mardiani

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini saya setuju sama mas fahrul. saya sendiri juga bingung saking banyaknya yang harus dimainin. jadi bingung juga waktu mau pindah sorotan harus saya sorot dari sudut mana. sementara smua saling berkaitan.jk dr sudut a, ada beberapa addagan yang nggak bisa dijelasimd, begitu pula sebaliknya. saya cukup dibuat pusing buat ngolah bnyak chara dan belum begitu ahli. bahkan waktu saya curhat ke teman saya dia jawab 'kamu tuh kayak mau bikin cerita tapi maksain satu buku selesai'.

      terimakasih sudah mampir ^_^

      Hapus
  7. Untuk ronde kali ini, ada beberapa peningkatan dibanding prelim sebelumnya. Cuma masih ada beberapa kesalahan tanda baca kayak dialog “Berisik! Aku lagi mikir domba sialan!”. Error inilah yg biasanya membuat para reader jadi mispersepsi. Dan juga penggalian karakternya juga masih kurang. Kalo si kuro basisnya shounen, ttp aja aja ga ada orang yg langsung akrab gitu aja kecuali dia mungkin diset jadi pengkhianat atau peran lain yang dibuat untuk efek surprisenya...

    7

    BalasHapus
  8. Dombanya ditembak
    ._.

    Typo masih menjadi penggambat, ah.. udah dijelasin sama Sam ternyata.
    ._.

    World buildingnya apik yaa, saya bisa ngebayangin ini itu dengan bagus. Peningkatan tinggi dari prelimnya.

    Saya skimming di adegan bak bik buk, maaf ya... it's just not my coup of tea. Banyak banget adegan yang berusaha dijelaskan secara gamblang lewat narasi, tapi entah kenapa saya nangkapnya jadi tumpukan teks yang sulit untuk dipahami. Mungkin karena ada banyak kubu yang berseteru, tanpa pengarapan yang ciamik untuk menjelaskan segala sesuatu.


    Tipikal plotnya ala shounen gitu ya, ketika terdesak dapet power up dadakan
    XD

    Point : 7
    OC : Maria Venessa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha. ditembak juga nggak mati kok jadi suka2 deh.

      hmm nggak papa kok skiming. saya sendiri juga pas adegan itunya nessa saya lompat. jadi kita sama2.

      terimakasih udah mampir ^_^

      Hapus
  9. hati-hati dengan typo...
    rata-rata kesanku hampir sama dgn yg lain. setingan cukup oke. tema ga biasa jadi bisa seger.
    tapi karakterisasi-nya agak lemah. walau Kuro jadi child of God, aku ga bisa nangkep kenapa harus dia yg terpilih, atau nilai plus nya dari yg lain. kalau di entry setelahnya digali lebih dalam karakterisasi dan masa lalu bakal lebih bagus. tapi bag masa lalu yg lebih pasti, atau tepat kenapa Kuro jadi begitu.

    total: 7
    OC: Mia

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh ya tambahan
      ga ad hubungannya ma plot sih tapi....dudeeee that 801 inside joke man. idk i should be happy or cringe bcoz i understand it DD:

      Hapus
    2. ini ada hubungannya sama prelim dan berkaitan dg background kuro sendiri. sedikit sudah saya jelaskan di jawaban atas2. karna realm malaikat juga masih nyambung sama semesta asal kuro juga dan namanya sendiri juga sudah 'god'. entah ini kebetulan atau apa saya dapat set ini. jd saya berusaha menyambungkan semuanya.

      terimakasih sudah nampir^_^

      Hapus
  10. Hmm...

    Seperti komentator sebelumnya, setting oke, pembagian info dump dalam narasi juga gak bikin bosen. Sayangnya saya bukan fans Deus Ex Machina, terlalu tiba-tiba kalau Kuro jadi chosen one di sini.

    lalu di pertengahan cerita saya udah gak ngerti lagi, everyone seems to drop all their shits and just waltz into the chaos... then all Hell breaks loose, literally...

    Oh well, kalau kau lebih sabar dan tidak terlalu ngotot memberi porsi mewah ke tiap karakter di grup kau (cukup satu atau dua saja), mungkin kau akan lebih bisa mengolah cerita ini dengan keterbatasan kata sebagai cerpen.

    Good luck in the next round, I'll give you 7 points for now.

    Asibikaashi

    BalasHapus
  11. well, ini panjang sekali yah. hahah.. saya jadi makin gak fokus bacanya karena ada banyak adegan untuk setiap tokoh.

    saran dari saya saja sih, memasukan semua oc peserta lain memang lebih baik, tapi akan lebih baik lagi kalau lebih memfokuskan tentang Kuro. gunakan oc dari peserta lain sebaik dinamika cerita. jujur, rasanya agak mabok juga baca cerita ini. seolah ibarat beberapa film pendek tapi dipaksakan menjadi satu kesatuan film utuh. mungkin bedanya kalau film kita masih mudah memahami, tapi kalau ini bentuk tulisan, jadi butuh ekstra memutar otaknya.
    itu dari segi pembagian tokohnya yaa.

    kalau dari segi cerita dan alur sih sudah cukup bagus dan rapi.

    nilai 7 ya dari saya.

    MirorMirors / Tal

    BalasHapus
  12. Ini yang auth-nya ngetik sampai 20k ya? Ketahuan banget ada beberapa bagian penting yang mungkin gak sengaja kepotong sama auth-nya. Maaf kalau salah, soalnya penjelasan-penjelasan dalam ceritanya ada yang kurang. Entah, apa yang membuat auth bisa membuat kesalahn seperti itu.

    Jujur, saya sangat nyaman baca entri ini. Dan berhubung saya penggemar berat fantasi, ini jelas menggunggah selera saya. Pembentukan tema-nya benar-benar mengagumkan.

    Saya mau ngasih nilai 9 sebenarnya, tapi dengan penjelasan yang kurang jelas membuat saya kurang paham.

    Nilai: 8

    OC: Satan Raizetsu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya 16k itu kurang buat masukin semua penjelasan yang saya mau. tapi udah kepentok deadline juga dan saya bingung ngubah gimana biar paragrafnya bisa lebih efektif dan singkat. alhasil saya setor seadanya dg kondisi darurat. demi sesuai DEADLINe. dan saya cuma bisa ol sampai jam 10 malem saja (8 malam WIB) stelah itu lobi yg biasa sy pk internetan ditutup.

      Hapus
  13. Ngetiknya sambil naik motor ya, typonya bermekaran sampai 3 typo berdekatan.
    Perasaanku berbisik kalau-kalau ada sesuatu yg kayak ngilang di narasinya.
    Secara teknis, cerita menarik dengan konfliknya. Sisanya 11 12 sama sesepuh di atas.
    Ia berlari mengejar domba di sungai dangkal.
    Gw lantas beerpikir waktu seolah melambat. Alunan musik berdendang dan penari2 bermunculan... Jadi bollywood wkwkwk

    8
    Samara Yesta~

    BalasHapus
  14. Ngetiknya sambil naik motor ya, typonya bermekaran sampai 3 typo berdekatan.
    Perasaanku berbisik kalau-kalau ada sesuatu yg kayak ngilang di narasinya.
    Secara teknis, cerita menarik dengan konfliknya. Sisanya 11 12 sama sesepuh di atas.
    Ia berlari mengejar domba di sungai dangkal.
    Gw lantas beerpikir waktu seolah melambat. Alunan musik berdendang dan penari2 bermunculan... Jadi bollywood wkwkwk

    8
    Samara Yesta~

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ngakak baca ini sambil ngebayangin kuro main bollywood2an sama domba. XD

      Hapus
  15. world buildingnya...........
    keren.

    baca entri ini masih keinget pas aye ikut BOR IV, masih pake yang ala2 jepang dan aksinya pengen dipenuhin semua ke battle tapi akhirnya ga fokus. wkwkwkwk

    7 untuk Kuro.

    semoga bisa ketemu dengan Huang. biar hitam lawan kuning.

    oc: Wamenodo Huang

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Kuro sendiri lahir waktu saya masih kepengaruh jejepangan. tp nggak seratus persen jepang di sini.tepatnya campur aduk. hehehe. seperti Zweite dr brazil, yuuha dari arab, yuuga dari jepang. jurus2 kuro permainan kata dari berbagai bahasa (saya lupa mana saja). konsep malaikat campuran antara islam, kristen, judaisme. ada juga budha yang sdikit berpengaruh berkaitan dg segel d tangan kiri kuro.

      semacam saya nyampur aduk bahasa dan agama seenak jidat saya sendiri. (maafkan)

      terimakasih sudah mampir^_^

      Hapus
    2. salah inget. bukan brazil tp jerman'

      Hapus
  16. It feels weird reading Malaikat Enzeru when Enzeru is actually an alternate pronunciation of Angel. ;))

    Hmm, saya yakin ini suatu tantangan yang besar bagi Cloud untuk nulis entri ini dengan melibatkan karakter yang seabreg gini. Gimana dunia para malaikat ini bekerja digambarin sangat baik di entri ini.

    Di awal. Sangat banyak hal yang terjelaskan secara rinci mengenai malaikat dan situasi konflik, juga di mana tempat para reverier memihak.

    Kalo masalah Kuro jadi anak tuhan sih, ga terlalu deus ex machina juga menurut saya, karena nama kuro sendiri udah godwill. Jadi yah, instant powerupnya masih nyambung dan masuk akal.

    Di kemunculan hellhound, kayaknya bisa lebih diperlambat lagi pacenya, biar kerasa kengerian munculnya. Misal narasinya jadi gini:

    Sebuah moncong menyeruak di antara awan. Hidungnya mengendus dan merasakan perbedaan udara. Lidah terjulur di antara gigi-gigi tajam. Detik berikutnya terlihat empat kaki berdiri tegap menopang badan sosok raksasa. Seekor hellhound telah muncul.

    Di sisi lain, penggambaran hellhound pake gaya Cloud bisa mempercepat tulisan saat deadline melanda. Sama satu lagi, setelah

    Anyway, seneng juga Enzeru ngeluarin banyak kemampuannya di sini. Bahkan dapet kesempatan adu kekuatan sama Barakiel setelah sebelumnya sempet nyerqng Kuro juga.

    7

    Pucung

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya tau enzeru gairaigo dari angel tp coba kita interpretasika enzeru menjadi 'pelelang takdir' (en=takdir, seru=melelang) masih aneh memang tapi setidaknya kita tidak mendapati sebutan ‘mailaikat Malaikat' melainkan ‘malaikat Pelelang Takdir'.

      terimakasih sudah memberikan setting ini untuk grup 7. karna saya ngerasa jadi nyambung sama background dan semesta kuro. dan memang saya kerepotan harus ngolah banyak chara.

      terimakasih juga sudah mampir.

      Hapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.