Kamis, 04 Agustus 2016

[ROUND 1 - 3D] 34 - MARTHA A. DORAPUNZEL | BERAKHIR BEGITU SAJA

oleh : Dendi Lanjung
--


Perang tak pernah hitam atau putih, selalu kelabu.

Begitu pula dengan cinta, tak pernah melihat baik ataupun buruk, selalu menggebu, membakar, dan menghanguskan, menjadikan abu.

Ini adalah kisah cinta dua pihak yang saling berseberangan, antara pria dan wanita, pemerintah dan pemberontak, manusia dan mesin, fanatik dan realis, lama dan baru.

Tapi akhirnya selalu sama, membawa luka dan kehilangan.


•••

[5]
:: Kenapa ::

Di hari yang menentukan itu, Nenek Selfie terbangun lebih cepat dari biasanya, bahkan mengalahkan jam weker semenit sebelum mesin itu berderik.

Sesuatu telah membangunkannya, sesuatu yang berkata tidak untuk kemalasan. Dan seperti halnya orang kebanyakan, untuk mengingat apa yang muncul di pikirannya saat dia tertidur, si nenek merasa kesulitan. Yang beliau ingat hanya beberapa kata tak jelas seperti 'Brando', 'Anatolia', dan 'Tegallega'.

Tapi si nenek tak terlalu ambil pusing, mimpi itu hanya membantunya bangun lebih cepat satu menit dari biasanya. Dia sudah merencanakan hal tersebut dari jauh hari, ekspedisi ke-666, selfie di tempat yang belum pernah dia datangi sebelumnya. ''Nyari Pokemon kemana lagi sekarang?'' ucap si nenek.

Karena beliau tidak pernah menentukan kemana dia akan pergi, kali ini pun, si nenek menyerahkan keputusan kepada domba kesayangannya. Asep, nama si domba, selalu menggerutu dan menggerutu, ''ombaaaa~'' embik si Asep.

Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menaiki punggung si domba dan membiarkannya pergi kemanapun dia mau. Arah perginya si Asep itulah yang nantinya menjadi arah tujuan si nenek. Kali ini Asep si domba bercodet itu menabrak jendela dan menerobos keluar kamar.

''Baiklah, ayo kita tangkap mereka semua!!'' teriak si nenek.

Karena pergi terburu-buru, si nenek pun melewatkan kebiasaannya sebelum berangkat, yaitu mengusap hampir semua barang-barang yang ada di kamarnya; seperti lemari, kasur, meja, dan gorden. Tapi pamit beliau tak lupa, sambil berteriak, ''jangan kuatir, nenek cuma pergi sebentar, tunggu disini ya!''

Oh iya, bila kalian merasakan deja vu, tak apa-apa, itu sangatlah normal.

•••

Satu bulan sebelumnya, para peserta –atau Reverier, yang berhasil menyelesaikan babak prelim, dikumpulkan di ruangan semacam aula di tempat disebut sebagai Museum Semesta. 

Beberapa poin penting didapatkan para Reverier, seperti apa yang terjadi pada mereka, yang telah maupun yang akan terjadi, perkenalan para panitia dan tentu saja dalang dari semua kejadian tersebut. Reaksi mereka beragam, ada yang bingung, ada yang kesal, namun ada pula yang tenang dan berwajah datar, bahkan ada juga yang terlihat senang dan tersenyum penuh arti.

Lalu bagaimana reaksi tokoh utama kita, Nenek Martha, alias Dola, alias Nenek Ultra, alias Nenek Selfie? Beliau senang bukan kepalang.

Walau agak ngeri saat melihat lima peserta yang dijadikan tembikar buruk, tapi si nenek tak terlalu ambil pusing akan apa yang terjadi dengan dirinya dan para peserta lainnya. Perhatiannya malah tertuju kepada artifak-artifak dan barang-barang seni yang ada di museum kolosal berskala kosmik itu. Beliau pun melakukan apa yang paling dia senangi dalam hidupnya, yaitu menjadi seksi dokumentasi dan mengabadikan setiap momen yang ada di hadapannya.

Dalam sekejap, hape kamera bermemori besar yang baru dia beli di BEC (padahal munggut di reruntuhan), langsung penuh oleh foto-foto hasil jepretannya, atau lebih tepat, hasil sentuhan di layarnya. Total lima ribu foto telah tersimpan di berkas kameranya.

Setelah pertemuan di aula tersebut berakhir, para Reverier yang bertahan dikembalikan ke bingkai mimpinya masing-masing, Nenek Martha pun sama, dikembalikan ke Panti Pelangi yang entah kenapa berada di area Balai Kota Bandung. Di sana dia melakukan aktivitas yang sama seperti yang dia lakukan sebelumnya, bersantai di kamar dan menyunting semua foto yang telah diambilnya untuk kemudian diunggah ke akun pesbuknya.

Sungguh aktivitas yang sangat biasa bukan? 


Kembali ke masa sekarang.

Sebuah pemberitahuan muncul di smartphone milik Nek Martha, dan kemungkinan pemberitahuan ini juga diterima oleh para Reverier yang lain, isinya mengatakan bahkan mereka harus bersiap untuk menghadapi misi selanjutnya.

Nenek Martha tentu saja sangat bersemangat, selama sebulan ini, beliau hanya berputar-putar tak jelas di bingkai mimpinya yang hanya seputar Bandung Kota yang secara ajaib kembali normal, seakan kehancuran yang diakibatkan pertarungan Nenek Ultra melawan Nozilla, Wotara dan Hell Hidora tak pernah terjadi.

Singkat cerita, semua Reverier yang masih bertahan dikumpulkan dan dibagi menjadi dua belas kelompok, setiap kelompok 6 peserta atau kurang. Nenek Martha tergabung dengan kelompok yang disebut Zainurma Sang Kurator sebagai Team Alien. 

''Jadi tujuan kita adalah Anatolia?'' tanya Asibikashi, atau yang biasa dipanggil Asibi.

''Sepertinya begitu,'' jawab Bian Olson. ''Perjuangan kaum pemberontak sepertinya membutuhkan bantuan kita.''

Asibi terdiam sejenak. ''Tapi kita tak bisa memutuskan begitu saja untuk membantu mereka. Di koran ini hanya tertulis tentang perseteruan antara dua pihak tersebut.''

''Iya, bagaimana kalau pihak Pemerintahlah yang benar?'' ucap Merald yang sekonyong-konyong nimbrung.

Asibi dan Bian berbarengan memandang Merald. ''Kalau begitu kita perlu pengintai,'' ucap Bian.

''Kau bisa?'' tanya Asibi.

''Serahkan padaku, sesaat setelah kita tiba di destinasi, aku akan langsung pergi ke markas Saraph.''

''Aku ikut Bian!'' seru Merald.

''TIDAK!'' Bian dan Asibi, keduanya menjawab bersamaan.

''Kenapa?'' tanya Merald.

''Kau hanya akan menghambat Bian,'' jelas Asibi.

''Kenapa?'' tanya Merald lagi.

''Ya Bian akan melakukan misi pengintaian, bukan misi penyerangan yang membutuhkan kekuatan naga.''

Kali ini Merald yang terdiam.

''Ah maaf, aku sempat melihat Diorama aksimu di galeri Prelim. Aku tak tahu apa masalahmu dengan Sang Pengendara Phoenix, tapi kekuatan memanggil nagamu belum saatnya dikeluarkan,'' lanjut Asibi.

''Hmm, bilang saja kau gak mau aku berduaan ma Bian,'' balas Merald.

''Hah, apa?''

''Kau cemburu kan?'' tuduh Merald sambil mendekati Bian dan melingkarkan tangannya ke pria tersebut.

Asibi hanya bisa melongo mendengar ucapan Merald.

''Ehem, Asibi benar, kau tak bisa ikut Merald!'' tegas Bian. ''Lagian, di keterangan disebutkan kalau nanti kita dikirim tidak di satu tempat yang sama, tapi terpisah. Kalau bisa muncul langsung di markas Saraph, aku sangat beruntung atau sebaliknya.''

''Setelah kupikir ulang, diantara kita berenam, keberadaanmulah yang paling mencurigakan. Membiarkanmu berdua saja dengan salah satu dari anggota tim ini bisa sangat membahayakan.'' ucap Asibi.

''Huh, kenapa kau bisa berpikir begitu?'' tanya Merald.

''Naluri wanita.'' Jawab wanita berambut hitam itu singkat.

Kedua wanita itu kemudian saling berhadapan, saling menatap tajam.

''Hei, cukup kalian berdua, sudahlah!'' seru Bian mencoba melerai. ''Omong-omong, kemana Nenek Martha dan Namol?''

''Maksud kamu teh, si nini ma si kribo jangkung?'' sebuah suara yang cukup keras menjawab dari arah atas. Sosok yang menjawab itu adalah seekor naga setinggi 30 meter berwarna ungu gelap yang bernama Mbah Amut. Naga yang terlihat bijak itu sedari tadi hanya memperhatikan tingkah mereka bertiga.

''Nu duaan eta mah, udah pergi duluan dari tadi, jang Bian, '' lanjut Mbah Amut.

Benar saja, selain mereka bertiga, ditambah seekor naga, sosok si nenek gaul dan si alien kribo sama sekali tidak terlihat.

''Eh iya, kata si neng bantal, kita harus udah berangkat dari tadi. Nah, kusabab titatadi kalian teh malah sibuk ngarobrol, abah inisiatip milihin tempat buat kita semua.'' 

''Heh, milih tempat? Kemana?'' tanya Asibi.

''Ke Anatolia kan?'' tambah Bian.

''Ke TG.'' Jawab Mbah Amut.

''Tegallega?''

''Toy's Graveyard.''

Asibi, Bian dan Merald saling berpandangan.

''HAH?!''

''Kenapa malah kesana?!''

''Tunggu dulu, kita bisa milih tempat? Tau gitu aku bakal pilih ke tempatnya si Pokiel!''

''Oke kalian terlalu lama! Domba-domba, antarkan mereka ke TG!'' teriak Ratu Huban yang sudah tak sabar menunggu mereka. Bersamaan dengan itu, domba-domba yang menjadi pendamping mereka pun mulai menubruk para Reverier yang didampinginya. Satu persatu mereka pun terhisap ke portal yang muncul entah dari mana, dan pergi ke tujuan mereka selanjutnya.

Dan begitulah, Team Alien bukannya mengikuti rute sejati, mereka berenam malah memilih rute sampingan.


•••

[6]
:: Entahlah ::

Singkat cerita, akhirnya mereka pun tiba di Toy's Graveyard.

Berbeda dengan dugaan awal, ternyata lokasi misi mereka berada tak seluas yang dibayangkan, Toy's Graveyard, atau disingkat TG, hanya seluas Taman Tegallega yang menjadi tempat berdirinya Monumen Bandung Lautan Api. Bila dilihat dari atas, bentuknya pun mirip Lapangan Tegallega, lengkap dengan monumen yang berada di tengah-tengahnya. Bahkan bisa disebut, Toy's Grave adalah Tegallega versi tempat sampahnya. Walau sebenarnya, kalau kalian pernah ke Lapangan Tegallega, beberapa bagian tamannya memang benar-benar menjadi tempat tumpukan sampah.

Bagaimana nasib Team Alien, seperti disebutkan sebelumnya, tempat mereka muncul tak di satu tempat, tapi tersebar di enam penjuru TG. Tapi karena tidak terlalu luas, keenamnya bisa langsung melihat satu sama lain.

Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan.

Di hadapan enam anggota Team Alien, peperangan telah terjadi. Kapuk berhamburan, kepala terpenggal menggelinding bebas, tangan terpisah, badan yang bolong, mata tercungkil, itu hanya sebagian kecil dari kengerian yang terjadi di tempat tersebut. Tapi keenam Reverier itu hanya bisa melongo. Kalian tahu kenapa? Karena mereka yang sedang berperang hanyalah setinggi lutut dan kaki mereka.

Ya, pihak yang sedang berperang itu tak lebih hanya mainan. Sesuai dengan namanya, Toy's Graveyard atau Kuburan Mainan, peperangan antara dua kubu yang bertikai ini menghasilkan banyak mainan yang hancur.

''Pantas saja aku tak disarankan untuk membawa Myeengun, tempat ini lebih sempit dari lokasi babak sebelumnya,'' ucap Asibi. ''Liat tumpukan mainan-mainan itu, bahkan untuk berjalan saja susah.''
''Ki –Kita.. Kita harus menyelamatkan mereka semua!'' ucap Bian tiba-tiba.

''Hmm, perlukah?'' jawab Asibi sedikit kebingungan, belum pernah dia sebelumnya berada di situasi seperti ini. ''Tapi entah kenapa, aku sendiri merasakan ketertarikan yang aneh terhadap boneka singa berbulu emas di sana. Kita sepertinya harus membantunya.''

Yang dimaksud Asibi adalah boneka singa yang menjadi pemimpin salah satu kubu yang bertikai, namanya adalah Lord ReBear.

''Apa maksudmu, justru si robot unikorn lah yang harus dibantu, sepertinya kubunya semakin terdesak, karena daritadi dia hanya berlari-lari saja,'' ucap Bian merujuk pada mainan lainnya, si Robot Unikorn gagah yang jadi pemimpin pihak lawan.

''Tidak, kita harus membantu mainan singa itu!'' ucap Asibi.

''Ng, maaf, tadi aku lebih memilih mainan unikorn.'' Balas Bian.

Mendengar ucapan Bian, Asibi sedikit merenggut. Keduanya pun sempat terdiam.

''Kenapa harus dihentikan?'' ucap Merald yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. ''Biarkan saja mereka berperang, seru tau.''

''Apa yang kau bawa?'' tanya Bian melihat benda yang dipegang Merald.

''Oh, aku tak tahu apa ini, tapi lucu kan?'' ucap Merald. Benda yang dipegang Merald adalah mainan berbentuk seperti boneka yang biasa dipakai para ventriloquist.

''Halo semua, salam sejahtera, nama saya Pokiel si Pendeta Gokill. Ada baiknya kalau kita memilih jalan yang indah menuju kematian. Salam Super.'' Ucap si boneka dengan ekspresinya yang datar.

''Tuh kan lucu,'' ucap Merald dengan riang.

''JANGAN DENGAR OMONGANNYA!'' tiba-tiba terdengar teriakan dari atas. Bukan dari Mbah Amut yang sama-sekali tak bisa bergerak di tempat peperangan tersebut, tapi dari mainan boneka yang mirip seperti boneka yang muncul di acara tipi yang tayang siang hari. Lengkap dengan lengannya yang super pendek dan kaki yang misterius. Bedanya, boneka yang sedang berdiri di bahu Mbah Amut itu memakai jas mantel dan menghisap cerutu.

''Katanya mah dia teh ditektif, yang sedang mencari pendeta jahat yang ngajak jemaahnya buat bunuh diri massal, edun pisan kan?!'' jelas Mbah Amut, ''makanya dia minta ijin buat berdiri di bahu abah, eh nama kamu teh siapa, jang?''

''Namaku Ro, Detektif Ro.'' Jawab boneka itu dengan gaya. ''Teman-temanku memanggilku Mist Ro, karena kehadiranku yang seperti kabut.''

''Keren pisan euy!'' ucap Mbah Amut.

Tiba-tiba dari arah lain, sosok alien yang pergi duluan, yaitu Namol, dengan tergesa-gesa terbang melayang menghampiri mereka berempat.

''Kau juga bisa terbang?'' ucap Bian takjub.

''Ada yang gawat dengan si nenek!'' ucap Namol panik. ''A, a, aku... tadi...''

''Biar aku yang jelaskan,'' ucap sebuah mainan yang sedang dipegang Namol, seperti halnya Pokiel dan Ro, sepertinya semua mainan di tempat ini bisa bicara. ''Namaku adalah Akaria, Si Barbie Hitam. Aku adalah tangan kanan Monta, si Robot Unicorn yang sedang berlari-lari di sana. Aku diberi tugas untuk mengalahkan Jenderal Saraph, si Gunpla Kegelapan. Tapi si licik itu entah bagaimana mendapatkan senjata terkutuk berbentuk tongsis. Dia merubah nenek itu... membuatnya menjadi jahat... kita harus pergi, tak ada yang bisa selamat darinya... nenek itu sangat kuat!''

'Pantesan Syu Liss, Nwu Ghe Llo, ama si Ceety tong dibawaan, lieur loba teuing jelemana,' pikir Mbah Amut. 

Namun belum sempat mereka semua merespon ucapan Akaria, sebuah bola api menghantam mereka.

Bukan hanya satu, tapi belasan, bahkan puluhan bola api sebesar bola-bola negara di jalan Asia Afrika, menghantam medan perang. Ledakan demi ledakan bersahutan, kobaran api semakin membesar di seluruh area TG, membakar semua benda yang mudah terbakar, mainan, bebatuan, manusia, dan naga.

Dari balik kepulan asap dan kobaran api, berdiri sesosok bertubuh tinggi. Rambutnya yang kusut bergelombang, pakaian yang kumal, dan kulit keriput menghiasi penampilannya.

''Tyulun teluuus, hihihi, tyuluuuun!!'' ucapnya cadel, mata kuningnya kemudian melihat sekeliling, wajahnya tersenyum. ''Matyi kalian cemuuua~ demi eyke, Wadooooonna, Latu Penyihil dali Gunung Basil Lanjuuung!!''

Ledakan terus bergema, tak berhenti, sementara dari langit, meteor terus berjatuhan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Entahlah. Tapi satu hal yang pasti, cerita ini bersambung.


This is madness.



•••

[not end]

>Cerita sebelumnya : [PRELIM] 49 - MARTHA A. DORAPUNZEL | RIWAYAT SI NENEK SELFIE
>Cerita selanjutnya : -

18 komentar:

  1. alur dan bahasanya enak diikuti. taoi oas baca awalannya serasa de javu. apa di prelim juga pakai pembukaan yang hampir sama ya? entah kenapa ngerasa pernah baca nenek selfie begitu. atau cuma perasaanku aja?.

    entri ini lucu. settingnya bisa dicampur-campur gitu dan karena lawannya boneka semua jadi terkesan kekanak-kanakan membuat image mereka menjadi imut, saya bacanya sambil senyam-senyum apa lagi bagian asibi, bian, sama merald yang nggak pernah saya bayangin bisa bersikap begitu. tapi kok ya akhirnya masih belum selesai. apa nanti di R2 sebelum cerita sesungguhnya diawalnya dibahas lanjutan cerita ini dulu?

    tadipas baca penjelasan kondisi peras saya udah serius bacanya. kok serem gitu, tapi ada kapuk. saya ngiranya perang bantal taoi kok kepalanya putus-putus. beneran saya terlanjur ngeri. tapi begitu baca kalimat berikutnya....lah? cuma boneka ternyata. nggak jadi ngeri deh. hahaha. saya tertipu.

    8

    BalasHapus
  2. ==Riilme's POWER Scale==
    Plot points : C
    Overall character usage : C
    Writing techs : C
    Engaging battle : E
    Reading enjoyment : B

    He, Mbah Amut tingginya 30 meter? Saya baru ngeh. Gede banget ya

    Dan ini entri pertama (mungkin satu"nya?) yang make Toy's Graveyard. Padahal saya kira bakal Anatolia lagi, tapi ternyata bisa berubah gitu tiba". Lucunya lagi ini malah jadi mashup 3 setting karena Ro-Pokiel dan Akari-Saraph ikut"an dibawa juga

    Cuma yah, ini entri incomplete. Bikin saya juga ngerasa ga bisa nilai penuh as-is. Kalopun nenek Martha maju ke r2, saya masih bingung apa gimana bagian r1 yang belum ketulis ini bakal dijelasin, atau dibiarin gantung gini aja?

    ==Final score: C (7)==
    OC : Iris Lemma

    BalasHapus
  3. Fata - Po

    Kyknya keburu2 banget ini bikinnya sampe ceritanya nggak selesai. Aku suka narasinya Kang Dendi seperti biasa lancar bacanya. Dan negeri mainan yg kecil2 pun kurasa bisa jadi konflik yg asik, tapi ini kyk ngeliat film seri yg bersambung. Baik skill maupun pertentangan antar peserta belum kesorot sama sekali.

    Nilai 7.

    BalasHapus
  4. Well, ini bukan gila lagi. Absurd xD Hmm ... ini memang nggak jelas, saya maklumin karena deadline. Jujur aja belum ada yg bisa saya nikmati sama sekali dlm entri ini. Baik dari penceritaan, isi atau apapun. Narasinya kurang ngalir, karakternya pun kita tahu sendiri, juga ceritanya. Bahkan ada juga beberapa referensi tertentu, yang mana membingungkan saya karena enggak tahu. Lalu apa itu di akhir? Tahu" nenek jadi jahat, atau gimana? Kurang nangkep saya. Jatah munculnya sedikit juga si nenek, di dalam medan R1-nya. Maap Bang ._. Objektif: 6, tapi saya tambahin karena pengin ngeliat nenek melaju.

    7

    -Sheraga Asher

    BalasHapus
  5. Cerita dibuka dengan bangun... agak klise .___. Tapi ini bangun di dalam mimpi ya? XD

    Asep si Domba bercodet, si Nenek nyari Pokemon, ini apa-apaan XD Asli aku senyum2 sendiri bacanya, karakter2 dari setting lain juga dimasukkan XD

    Ada beberapa poin yang aku agak2 aneh dan ga paham, mungkin efek akunya emang ga gitu ngeh bahasa Sunda plus joke2 yang agak2 out of world buatku :” tapi minor, jadi ga terlalu kupikirin

    Tapi yang paling bikin ketawa sekaligus kesel, endingnya. Berasa pengen banting keyboard begitu beres baca wkwkwk

    I was like, “Siampas kok udah gini doang apa2an wkwkwk”

    In a way, bikin kesel pembaca itu nilai plus juga buatku. Tapi minusnya ya ini, ga tuntas. Kumaklumi sih karena deadliner. Karena sedikit banyak juga lanjutnya gara2 aku, terus juga aku pengen tahu gimana ini cerita nyambunginnya ke r2, jadi kukasih nilai tambah atas usahanya sebanyak dua poin.

    Nilai akhir dariku: 7/10

    ~Pencipta Kaleng Ajaib

    BalasHapus
  6. Ah, sial.... cliff hanger

    Saya liat ceritanya punya potensi konflik yg epik. Sayang karena mas dendinya sendiri juga terkendala DL, jadinya ya jomplang gini. udah puas ama appetizer, tapi gak ada main dish ama dessertnya. Akhirnya asupan cerita komediknya ga memuaskan..

    Tapi kreativitas kang dendi mencampur tiga setting dalam satu tempat patut diacung jempol. Mungkin bisa dicoba lagi di r2 lg..

    I need more Martha’s adventure

    7

    BalasHapus
  7. Waah sial. Kepotong pas indikasi tim siapa mihak siapa mulai terbentuk. Yang bisa saya nikmati dan nilai di sini adalah pengenalan karakternya aja. Adegan favorit adalah waktu karakter2 utama bermunculan, jadi makin rame. Ternyata karena mbah amut, settingnya jadi kepilih tanpa sepengetahuan yang lain.

    Lalu, menarik juga reaksi nenek yang malah girang liat yang lain dijadiin artefak.

    Terus, para karakter juga udah keliatan ngakuin kekuatan Bian. Ada konflik Asibi sama Merald juga sebagai cewek. Terus berlanjut ke reaksi mereka waktu ada konflik di setting yang dituju, Bian yang peduli, Asibi ragu, Merald cenderung tak acuh, dan Mbah yang sebenernya mungkin pengen bertindak tapi badannya kegedean.

    Mist Ro! Si detektif jadi misro, nama makanan ini maaah hahahaha.

    Sebagai cerita yang digantung sampai memicu tingkat penasaran yang paling tinggi karena pengenalan tokoh dan paduan settingnya emang ngundang intrik, saya kira ini pantes dapet nilai....

    7

    PUCUNG

    BalasHapus
  8. Waduh, nek. Padahal lakonnya udah mantep, tapi penyelesaiannya terlalu nanggung. Sesuai judul entrinya, berakhir begitu saja.

    Sayang sekali sih, karena dedlen ya pastinya hhhh.

    Sama seperti Entri Begalodon. Enak di awal, sayang pas udah di akhir.

    Dan koreksi. Mbah Amut 3 meter. 30 Meter kalau udah bentuk lepas segel :'D

    Jadi, nilai akhir 7, tapi pengen nenek terus maju biar bisa diadu sama mbah :'D

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weks, ternyata setelah dicek lagi, tingginya cuma 3 meter.. sy kok bisa liat 30 meter darimana ya? Yang pasti gak tau menau soal lepas segel XD

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. "Tua-tua keladi, makin tua makin sakti."
    -Marikh

    +PROS
    +Wakakka menghibur amat yak, padahal cuma 2000 kata lho.
    +Merata, semua OC tampil disini(bahkan sampai OC tamu dari setting lain XD)
    +Peran si nenek vital banget diawal dan diakhir.

    -CONS
    -Kisahnya si nenek masih bersambung, mungkin mau dilanjutin di R2? Ibaratnya dikasih martabak tapi cuma sepotong. Porsinya kurang!

    Titip 7 buat simbah selpi.

    TTD
    Dewa Arak Kolong Langit
    (Mampir ke lapak ane gan)

    BalasHapus
  11. Tergilas dedlen sama seperti Begalodonku~

    Build-up dari setting, karakter ke konflik sudah mantap. Interaksi dan spotlight karakter terbagi sama rata. Sayang berakhir begitu saja.

    Nilai 7~

    OC : Begalodon

    BalasHapus
  12. Err... bingung mau komen gimana.

    Ceritanya sih cukup asik, menghibur. Setting cerita yang digabung-gabung juga sebenernya menarik, tapi sayang ceritanya putus di tengah dan bersambung www

    Nilai dari saya, 6
    OC : Catherine Bloodsworth

    BalasHapus
  13. Ide : Sangat Baik = 2
    Plot : Lumayan = 1
    Enjoy : Lumayan = 1
    EYD : Lumayan = 1
    Usaha : Sangat Baik = 2

    Nilai : 2 + 1 + 1 + 1 + 2 = 7

    untuk komentarnya sudah di bahas oleh para komentator lainnya
    Saya menunggu sambungannya saja deh ^_^

    NewbieDraft (Revand Arsend)

    BalasHapus
  14. Akakaka ane ngakak Tegalega sama Pokemon Go dibawa-bawa.

    Walau singkat, ane terhibur karena plot entry lain dibawa sebagai material komedi.
    ---------------
    Rate: 7
    Ru Ashiata(N.V)

    BalasHapus
  15. Ehm... Well...

    Karena ini entri pendek, saya juga komen pendek, ya? *Digampar
    Ahem... meski jumlah kata yang sedikit dan kepepet dedlen, masih ada bagian menghibur seperti soal PokeGo, tapi masih kurang!

    Nilai : 6
    OC : Nora.

    BalasHapus
  16. 3 setting dalam 1 entri? WHY NOT?!
    Jika hal ini dimatangkan dengan entri yang ga gantung kaya gini mungkin dah jadi entri fav saya di ronde 1 ini. Karena selain itu saya suka banget pembawaan auth nya dan karakterisasinya pun asik.

    Tapi jangan salah, daripada memaksakan ide kreatifmu itu terbuang dengan memaksa menuliskannya dengan terburu buru yang jatohnya bakal jadi fail lebih baik dibikin bersambung seperti ini.

    Memang mengundang nilai jelek, tapi itu lebih baik daripada merusak ide kreatifmu dalam suatu cerita. You are honorable writter!

    Ayo semangat nek martha! Nilai 7 dulu yaa

    Wasalam
    Ganzo Rashura

    BalasHapus
  17. Ibarat disuruh ngomentarin wip wajah orang, cuma ada hidung sama bulunya aja. Gak selesai. Kalau masih bersambung gini, saya semacam harus ngomentarin trailer, dan ya untuk sebuah trailer cerita ini udah sanggup bikin saya penasaran gimana lanjutannya. Tolong kurangi adegan rancu seperti keberangkatan nenek martha, dsb.

    6/10

    OC : Takase Kojou

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.